Geografi pariwisata adalah cabang ilmu geografi regional yang mengkaji suatu wilayah di permukaan bumi secara komperhensif, baik aspek fisik geografisnya maupun aspek manusianya. Geografi itu sendiri adalah bidang ilmu yang mengkaji tentang kondisi alam, manusia serta interaksi antara keduanya sangat penting dalam upaya menyumbang usaha kepariwisataan suatu daerah. Sedangkan untuk pariwisata itu sendiri secara etimologi terdiri dari dua kata yaitu pari dan wisata, yang seharusnya diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lainnya.
Letak geografis adalah letak suatu wilayah yang dilihat berdasarkan posisinya dengan wilayah yang lain. letak geografis suatu wilayah juga ditentukan dan berkaitan dengan letak astronomis, letak geologis, letak fisiologis dan letak geomorfologis. Letak geografis suatu daerah, yang mencakup posisi, bentuk, dan kondisi alamnya, memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap daya tarik dan jumlah kunjungan wisatawan. kondisi alam, iklim dan aksesibilitas yang dipengaruhi oleh letak geografis ini membentuk karakteristik unik suatu destinasi wisata yang kemudian menarik minat pengunjung. Letak geografis ini suatu faktor yang sangat penting yang bisa membentuk daya tarik dan potensi wisata suatu daerah.
Daya tarik wisata menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Daya tarik wisata dapat berupa objek wisata dan atraksi wisata. Objek wisata ini merupakan daya tarik wisata yang bersifat statis dan tangible serta tanpa perlu ada persiapan terlebih dahulu untuk menikmatinya. Sedangkan atraksi wisata adalah daya tarik wisata yanng dapat dilihat lewat pertunjukan dan membutuhkan persiapan bahkan memerlukan pengorbanan untuk menikmatinya.
Posisi geografis suatu tempat dapat menentukan: 1) iklam: Daerah tropis dengan iklim yang hangat sepanjang tahun cenderung menarik minat wisatawan untuk berjemur dan melakukan aktivitas air. Sebaliknya, daerah pegunungan dengan iklim sejuk mungkin lebih menarik bagi wisarawan yang mencari suasana yang lebih tenang dan menyegarkan. 2) Bentang Alam: seperti pegunungan, pantai, danau, hutan, serta gurun adalah contoh bentang alam yang menjadi daya tarik wisata. setiap bentang alam menawarkan pengalaman wisata yang unik. 3) Keanekaragaman Hayati: Daerah dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, seperti hutan hujan tropis, sering menjadi tujuan wisata minat khusus, seperti wisata alam dan wisata petualangan. 4) Aksebilitas: Letak geografis juga menentukan kemudahan akses ke suatu daerah. Daerah yang mudah dijangkau dengan transportasi umum atau memiliki infrastruktur yang baik cenderung lebih banyak dikunjungi.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat kita ketahui bahwa daya tarik serta kunjungan wisatawan pada suatu destinasi wisata tidak lepas dari letak geografis daerah tersebut. Dimana letak geografis tersebut bisa menjadi penentu suatu daya tarik wisata, dan beberapa dampak tersebut diantaranya: 1) Musim Wisata: Daerah dengan iklim musim akan mengalami fluktuasi jumlah kunjungan wisatawan. Misalnya, daerah pantai akan lebih ramai dikunjungi pada musim panas. 2) Rute Wisata: Letak geografis dapat membentuk rute wisata tertentu. Misalnya, jika suatu daerah terletak di jalur migrasi burung, maka daerah tersebut akan menjadi tujuan wisata bagi pengamat burung tersebut. 3) Konsentrasi Wisatawan: Letak geografis dapat menyebabkan konsentrasi wisatawan di daerah tertentu. Dearah yang mudah dijangkau dari pusat kota besar cenderung lebih ramai dikunjungi.Â
Referensi:Â
http://jurnal.akpar-denpasar.ac.id/index.php/diparojs/article/view/43
https://media.neliti.com/media/publications/189824-ID-pengaruh-daya-tarik-wisata-dan-fasilitas.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H