Mohon tunggu...
Indri Putri Sekarini
Indri Putri Sekarini Mohon Tunggu... Lainnya - Biarlah Hari Esok Tetap Jadi Rahasia

Gadis Kecil Yang Menyukai Sastra

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kenali Tanah Papua, Sang Mutiara Tersembunyi

22 Desember 2016   13:54 Diperbarui: 26 Desember 2016   08:38 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daya Tarik Papua. Gambar dari wisatapapua.com

Papua ibarat mutiara yang tersembunyi

Apa hal pertama yang terlintas bila mendengar kata Papua? Hal pertama yang sering langsung terlintas adalah burung Cendrawasih, suku pedalaman, lagu Apuse, lagu Yamko Rambe Yamko, Koteka, wisata Raja Ampat ataupun Pegunungan Jayawijaya. Saat ini memang  pariwisata di Papua  masih kalah tenar dibandingkan Bali, Lombok, Jogjakarta, ataupun Malang mengingat lokasi Pulau Papua yang berada di ujung Indonesia dan masihterkendala  keterbatasan akses membuat wisatawan sulit untuk menjelajahi kawasan-kawasan di tanah Papua. Bukanlah hal berlebih bila daya pesona tanah Papua ibarat Mutiara yang tersembunyi karena banyaknya daya tarik pariwisata yang memiliki nilai jual internasional namun belum banyak orang mengetahuinya.

Inilah tantangan bagi Kementerian Pariwisata agar semakin gencar memberikan perhatian terhadap pengembangan pariwisata di kawasan Indonesia Timur khususnya Papua baik dari sisi promosi hingga penyediaan sarana dan prasana penunjang pariwisata. Ini mengingat Keunikan Papua tidak kalah menarik dibandingkan daerah-daerah tujuan wisata lainnya karena memiliki sisi tradisional dan kental akan tradisi dari masyarakat setempat. Mengenali potensi Keunikan Papua secara tidak langsung akan ikut menentukan Masa Depan Papua karena berkembangnya sektor pariwisata akan ikut mendorong ekonomi masyarakat, daerah hingga nasional.

Saya menilai setidaknya ada 2 (dua) nilai jual utama yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Papua yaitu Pesona Alam dan Kearifan Lokal. Pesona alam di Papua memang masih menyimpan magnet tersendiri bagi wisatawan karena kondisi alam yang masih terjaga, kekayaan flora dan fauna yang tinggi, hingga menjadi satu-satunya negara di Khatulistiwa yang memiliki pegunungan salju abadi. Sebut saja Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Raja Ampat, Danau Sentani, Danau Paniai hingga Pegunungan Jayawijaya menjadi bukti keeksotisan alam yang menjadi referensi bagi Wisatawasan Nusantara (Wisnus) dan Wisatawan Mancanegara (Wisman).

Tidak heran, pemerintah daerah hingga pusat seakan lebih mempromosikan nilai pesona alam untuk memikat hati wisatawan. Kita perlu sadar bahwa ada daya tarik lain yang justru harus mulai dilirik oleh pemerintah daerah hingga pemerintah pusat dalam memperkenalkan Papua sebagai destinasi wisata favourite di kawasan Indonesia Timur. Daya tarik tersebut adalah Kearifan Lokal Tanah Papua. Kearifan lokal di Papua memang telah terjaga selama beratus-ratus tahun karena terdiri dari banyak suku yang masih mempertahankan adat dan tradisi secara turun menurun sehingga melahirkan budaya dan peninggalan sejarah yang unik dan bernilai jual secara pariwisata,

Peninggalan Mumi juga ditemukan di Papua (diolah dari berbagai sumber)
Peninggalan Mumi juga ditemukan di Papua (diolah dari berbagai sumber)
Tahukah bahwa kita dapat menyaksikan mumi tanpa harus jauh pergi ke Mesir?

Selama ini masyarakat internasional maupun Indonesia sendiri masih mengganggap bahwa mumi atau jenasah yang diawetkan hanya dapat ditemui di Mesir. Pemikiran tersebut memang tidak salah mengingat Mesir memang menyimpan puluhan mumi keturunan Firaun yang terawetkan dengan baik selama ribuan tahun. Namun inilah yang dapat dimanfaatkan oleh Kementerian Pariwasata maupun instansi terkait untuk mempromosikan bahwa di Indonesia khususnya di Lembah Baliem, Papua, wisatawan pun dapat menemukan mumi yang berbeda. Mumi di Papua memiliki karakteristik yang unik karena berasal dari jenasah tokoh pemimpin adat, pemimpin perang atau tokoh dihormati yang diawetkan melalui proses pengasapan bukan mumifikasi atau pembalseman layaknya mumi yang ditemukan di Mesir. 

Bila di Mesir, jenasah Firaun akan mengalami proses mumifikasi dimana organ tubuh bagian dalam seperti usus, hati, lambung hingga otak  akan dikeluarkan dan kemudian di dalam bagian tubuh jenasah akan diberikan balsam maupun natro yaitu sejenis cairan yang dipercaya dapat mengawetkan jenasah dalam waktu lama dan diakhiri dengan pemakaian kain linen untuk membungkus jenasah hingga  akhirnya menjadi mumi. Berbeda dengan di Mesir, Mumi di Lembah Baliem dimana jenasah yang akan dimumikan akan dilumuri dengan minyak babi serta diletakkan di langit rumah honai untuk dilakukan proses pengasapan. Proses pengasapan dipercayakan bisa mencapai waktu 200 hari sehingga tubuh mumi akan menjadi kering, kerasa dan berwarna hitam yang menandakan telah menjadi mumi sempurna.

Mumi Wim Motok Mabel merupakan mumi yang paling dikenal dari kawasan ini dikarenakan semasa hidupnya Mabel dikenal sebagai panglima perang yang pemberani, hebat, dan ahli strategi perang. Tidak heran Mabel dipercaya sebagai menjadi Wim Motok atau Panglima Perang dalam bahasa setempat. Hal unik lainnya adalah mumi di Lembah Baliem, Papua diawetkan dalam posisi duduk dengan mulut yang dianggap dapat memberikan keberkahan bagi generasi berikutnya serta wisatawan dapat melihat beberapa bekas luka di tubuh mumi karena selama hidup sering menghadapi peperangan antar suku di Papua.

Pernahkah kita membaca artikel bahwa Mumi di Mesir memiliki kutukan bagi siapa saja yang mendekat atau membuka peti mati Firaun?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun