Generasi Z didefinisikan sebagai kelompok yang lahir antara tahun 1994 sampai 2009. Generasi ini bisa dicirikan oleh tingkat pendidikan yang tinggi, keberagaman, dan penggunaan teknologi yang ekstensif. Teknologi informasi dan internet memainkan peran penting dalam membentuk nilai-nilai dan perilaku Generasi Z. Terlebih lagi, pada generasi ini dianggap sebagai bagian dari era informasi, di mana batas-batas informasi telah diperluas secara signifikan melalui pengaruh yang meresap dari media sosial dan internet. Menurut Linton suatu kepribadian adalah hasil dari reaksi terhadap rangsangan dan situasi. "The fungtion of a personality as a whole is to enable the individual to produce forms of behavior which are advantagous to him under the conditions imposed by his environment" (Ralph Linton, 1945: 84-86). Maka dari itu gaya busana pada gen z dapat dengan mudah dalam menyesuaikan diri dengan trend mode saat ini dan mempertahankan rasa modernitasnya. Umar Kayam pada kesempatan lainnya menyampaikan bahwa, kesenian berhadapan dengan masyarakat dalam arti kesenian menawarkan interpretasinya tentang kehidupan kepada masyarakat, kemudian masyarakat menyambutnya dengan berbagai cara (Umar Kayam, 1993: 7).
1. Padu padan batik dengan fashion modern
Batik merupakan salah satu jenis limbah yang paling sering dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Beberapa patung pada masa Singosari dan Majapahit juga bergambar busana batik, misalnya pada patung Dewi Durga pada masa Singosari yang bermotif batik. UNESCO telah mengakui batik sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, sehingga dapat meningkatkan popularitasnya. Begitu pula dengan berkembangnya industri maka berdampak pada proses produksi yang ada saat ini. Pada Gen Z mencoba bereksperimen memadupadankan batik dengan pakaian modern saat ini. Gen Z punya cara berkreasi dengan memadukan kain batik dengan busana masa kini. Salah satu contohnya adalah penggunaan rok batik yang dipadukan dengan busana modern seperti kemeja putih, tote bag hitam, dan boots hitam yang identik dengan budaya barat. Gayanya terlihat lebih kekinian, pada pemakaian boots identik dengan gaya berjiwa muda. Perpaduan ini juga membuat tampilan semakin kasual dan leluasa, sehingga tampilan ini bisa digunakan sebagai tampilan sehari-hari, namun juga bisa digunakan untuk pakaian formal.
2.Padu padan kebaya dengan fashion modern
Pakaian adat seperti kebaya merupakan hasil dialektika budaya antara nilai-nilai lokal dengan nilai-nilai luar dimana tradisi berpakaian masyarakat Indonesia sebelum masuknya ajaran Islam, budaya Tionghoa, dan kolonialisme Eropa adalah dengan menutup bagian tubuh, bagian bawah dan meninggalkan bagian atas untuk tetap terbuka. Peranan budaya luar yang masuk ke Indonesia mengakibatkan beragamnya pakaian yang kita pakai sekarang. Dalam gaya hidup masa kini, tak ada salahnya memadukan kebaya dengan sneakers dan celana longgar sebagai pengganti kain batik yang bisa disebut dengan memakai kebaya, bukan cara memakai kebaya. Pada perkembangan trend kebaya masa kini tidak lepas dari dinamika model kebaya yang disesuaikan dengan gaya hidup masyarakat. Misalnya saja pada penggunaan sandal slop dalam memakai kebaya yang berkaitan dengan cara hidup perempuan dahulu masih berada dalam ranah tradisional, sedangkan saat ini perempuan lebih banyak memadupadankan batik dengan sneakers yang berperan di sektor publik berimplikasi pada cara berpakaian yang ada. lebih menekankan pada fungsional dan tidak menghambat ruang gerak serta bergaya modern. Penggunaan alas kaki berupa sandal slop pada kebaya masih digunakan pada acara-acara tertentu yang lebih bersifat resmi seperti pernikahan, wisuda, dan acara resmi lainnya.
Keunikan dan kekhasan budaya indonesia adalah potensi luar biasa yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Setiap batik daerah memiliki jenis, motif, dan filosofi yang berbeda. Di mata Eropa dan bahkan masyarakat internasional, Wastra Indonesia telah menerima apresiasi yang tinggi karena teknik produksinya yang unik. Sebagai salah satu ungkapan atau pernyataan budaya, maka makna, gaya dan fungsi seni selalu tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan yang menghasilkannya (Edi Sedyawati, 1986: 3)
Gen Z sendiri adalah generasi yang lahir di era teknologi internet yang dapat menunjukkan kreativitasnya dalam mencampur dan mencocokkan Wastra Indonesia dengan gaya kontemporer. Campuran dan kecocokan sampah memberikan bukti bahwa Gen Z masih memiliki rasa bangga dengan warisan budaya nusantara. Meskipun tren fashion internasional saat ini merajalela, Gen Z dapat menghadirkan identitas bangsa melalui penciptaan mix and match Wastra Indonesia. Kreativitas mix and match air juga menjadi sarana bagi Gen Z untuk mengekspresikan gaya modern dengan budaya Indonesia.
Mereka bisa menginspirasi komunitas urban untuk lebih berani berkreasi bersama Wastra Indonesia. Gen Z juga merupakan agen perubahan serta alat kampanye yang efektif untuk mengundang warga untuk lebih menghargai Wastra. Berkampanye melalui media yang akrab dengan Gen Z, yaitu media sosial, Instagram, TikTok dan lain-lain agar Wastra Indonesia semakin viral.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H