Mohon tunggu...
Indri Nursaputri
Indri Nursaputri Mohon Tunggu... Tutor - Mahasiswa sastra Indonesia

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Morfologi Bahasa Indonesia

17 Oktober 2022   22:03 Diperbarui: 17 Oktober 2022   22:15 1746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.

Dokpri
Dokpri
Proses morfologis dalam suatu bahasa pada dasarnya terdiri atas :

1. Afikisasi (affixation)
Proses penambahan afiks (imbuhan). Penambhan diawal disebut prefiksasi (contoh : belajar, pengurus, dibeli), ditengah disebut infiksasi (contoh : gemetar, telunjuk, semugih), dan diakhir dinamakan sufiksasi (contoh : tulisan, wartawan ). Penambahan di awal dan akhir secara bersamaan disebut konfiksasi ( contoh : melakukan, kelurahan).

2. Reduplikasi (reduplication)
Proses pengulangan bentuk. Reduplikasi banyak ditemui pada bahasa-bahasa di Asia Tenggara. Khusus dalam bahasa Jawa reduplikasi memiliki sejumlah pola. Sebagai berikut :
a. Dwilingga (pengulangan morfem asal), contoh : rumah-rumah.
b. Dwilingga salin swara (pengulangan morfem asal dengan perubahan fonem), contoh : bpla-bali, wira-wiri.
c. Dwipurwa ( pengulangan pada silabe pertama), contoh : lelaki.
d. Dwiwasana (pengulangan pada bagian akhir), contoh : cengenges.
e. Trilingga ( pengulangan morfem asal tiga kali), conoth : dag-dig-dug.

3. Komponisasi (kompositum)

Proses pembentukan morfem asal dengan morfem asal (bisa dengan imbuhan atau tidak). Proses itu menghasilkan jenis kata baru dan bermakna baru, yaitu kata majemuk( compound word/composite word). Contoh : matahari, saputangan. Salah satu ciri khas kata majemuk adalah tidak dapat disisipi oleh satuan lain ditengahnya. Misalnya mata dan hari ( bukan kata majemuk).

Penulis: Indri nur Saputri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun