ARTIKEL KONSEPTUAL
PERAN FILSAFAT BAHASA DALAM MEMBANGUN HARMONI SOSIAL
Disusun Oleh :
Penulis Satu : Indri Nur Aini (12211221222)
Penulis Dua : Vera Sardila, M.Pd.
Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Filsafat bahasa merupakan salah satu cabang filsafat khusus yang menganggap bahasa sebagai benda material. Berbeda dengan cabang dan bidang filsafat lainnya, filsafat bahasa  tidak mempunyai prinsip-prinsip yang jelas dan terdefinisi dengan baik dalam perkembangannya. Sebab, meskipun penganut filsafat bahasa dan tokoh-tokoh filsafat bahasa masing-masing mempunyai minat dan metode uniknya masing-masing, mereka juga mempunyai satu kesamaan: mereka mengandalkan bahasa, bukan hanya sebagai objek material, ketika berfilsafat.Perhatikan fitur bahasa sepanjang proses. Baik dalam sejarah aktivitas filsafat maupun perkembangannya, aksen para filosof bahasa menunjukkan perhatian perhatian yang berbeda-beda, sangat dipengaruhi oleh perhatian perhatian yang berbeda-beda, dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan permasalahan filsafat pada zamannya masing-masing.
Namun, meskipun terdapat banyak perbedaan perhatian para filosof terhadap bahasa, tidak dapat dipungkiri terdapat keterkaitan yang sangat erat antara filsafat dan bahasa, karena bahasa merupakan alat yang mendasar dan terpenting dalam filsafat, hal ini penting untuk diketahui (Kaelan, 2013).
Salah satu bidang yang dibahas dalam filsafat bahasa menyangkut kegunaan dan fungsi bahasa, sebagai pembahasan  bahasa dalam kaitannya dengan penggunaannya dalam perilaku manusia. Dalam konteks ini, penelitian yang dilakukan oleh Izhar dan Septiah (Izhar & Seftika, 2020) menyatakan bahwa bahasa merupakan ekspresi dari apa yang dipikirkan, dirasakan, dan ditanggapi oleh seseorang. Bahasa tidak hanya memberikan informasi tentang apa yang diungkapkan, tetapi juga dapat menjadi sarana untuk mengajak seseorang  melakukan sesuatu. Kata-kata yang baik adalah kata-kata yang menunjukkan ketulusan. Keseriusan menjadi nyata ketika pembicara dan lawan bicara menyikapi topik pembicaraan tidak hanya secara verbal, namun juga melalui Tindakan. Oleh karena itu, bahasa tidak  pernah lepas dari tuturan, namun berfungsi sebagai wujud interaksi  nyata di mana orang berbicara dan bertransaksi satu sama lain. Tindak tutur mempertanyakan keselarasan antara berbicara dan bertindak ketika berkomunikasi dalam konteks linguistik yang  sensitif.