Mohon tunggu...
Fitria Febriyanti
Fitria Febriyanti Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Daydreamer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Kecil dalam Kolam

30 Maret 2021   11:58 Diperbarui: 30 Maret 2021   12:15 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kalau orang punya otak mah renang tuh pagi atau sore, ini renang jam segini" setelah Bareum melihat arlojinya menunjukkan angka 11.30. Di seberang pandangannya, ia melihat 2 anak kecil yg berdiri di tepi kolam. Sambil sesekali melirik Chayoung dan Bona yg sedang mengikat rambut, ia terheran bagaimana bisa dua adiknya ini memaksa turun ke kolam lumut. Meski loket tiket mengatakan tempat ini sebagai wahana kolam renang, rasanya dua kolam di depan mata tak layak disebut demikian.

Saat melepas lamunan, Bareum beradu pandang dengan salah satu anak kecil di seberang matanya tadi. Nampaknya mereka terpecah menjadi 2 kubu, yang mana salah satunya telah bersiap terjun ke kolam dalam sementara anak itu hanya menatap kolam setinggi pinggangnya. Tertarik dengan anak yg menatapnya tadi, Bareum terheran mengapa ia seperti ketakutan. Sementara temannya yang tadi telah percaya diri mencebur diri ke kolam dalam.

Melihat temannya yang semakin jauh ke tengah kolam, anak itu hanya sesekali melihat pantulan dirinya di atas air. Selang waktu berjalan, terlihat lesung di pipi kiri anak perempuan itu, pikirku mengatakan "oh dia ngumpulin nyali tadi". Tak lama benar saja, ia perlahan menyentuh air dengan 2 kaki kurusnya.  

Melihat temannya yang berenang ke tengah kolam, ia pun berjalan pelan melakukan cara yg sama. Merasa takjub dengan perasaan di dadanya, ia tak menyangka pengalaman berenang kali pertamanya ini bisa terasa menyenangkan. Hingga tanpa sadar ia merasa kaku di kaki kecilnya. Merasa takut dengan keadaan yg terjadi, anak kecil itu mencoba sekuat tenaga menggapai besi panjang di pinggir kolam. Namun karena jarak terlalu jauh dan kakinya semakin sulit digerakkan, anak itu terlihat panik.

Tangan dan kaki kecil anak itu mencoba sekuat tenaga menjangkau lantai kolam yang sebenarnya tidak dalam. Namun rasa panik dan ketakutan membuat tubuhnya bergerak tidak aturan hingga kram di kakinya terus menguat. Tidak butuh waktu lama untuk membuat ia kehabisan tenaga dan tidak bisa menyelamatkan dirinya. Melihat ada yang ganjal dengan kolam dangkal tempat temannya berada, anak kecil kolam dalam langsung keluar dari kolam dan mendatangi tempat temannya itu. Namun tidak disangka, tubuh teman kecilnya itu sudah terapung dan membuat ia terkejut.

Dengan sekuat tenaga, anak kecil itu menolong temannya yang tidak berdaya. Ada rasa sesal di dadanya karena membiarkan temannya berenang sendirian pada uji coba pertamanya. Sesaat anak itu dinaikkan, terdengar langkah kaki seseorang mendatangi mereka. Ternyata pria paruh baya penjaga loket tiket yang menyapa mereka tadi. 

Wajahnya terlihat datar dan tidak bergeming, seolah bisa menduga apa yang terjadi dengan kedua anak kecil itu. Dengan suara parau ia berujar "bawa temanmu ke pinggir kolam, biar bapa yg urus pemakamannya nanti". Anak kecil itu terkejut, bagaimana bisa orangtua itu mengenal temannya?
Tanpa menghiraukan rasa penasarannya, ia mengikuti apa kata orangtua tadi. Tidak lama kemudian, datang orangtua anak kecil tadi. Mereka pun mengurus pemakaman anak kecil tersebut dan melepasnya dengan makan malam keluarga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun