Mohon tunggu...
indri Dwi Fitrianie
indri Dwi Fitrianie Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kurangnya Penggunaan Bahasa Indonesia pada Daerah Pedalaman

28 November 2024   00:20 Diperbarui: 28 November 2024   00:37 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Bahasa Indonesia memiliki peran penting dalam budaya bangsa indonesia. karena merupakan identitas budaya yang menceriminkan nilai nilai luhur dan keragaman budaya masyarakat indonesia. Rendahnya penggunaan bahasa indonesia di daerah pedalaman menjadi tantang tersendiri bagi sebagian besar masyarakat indonesia. Terkhususnya pada daerah pedalaman, Masyarakat setempat cenderung lebih sering menggunakan bahasa daerah dalam berkomunikasi di kehidupan sehari hari. Masyarakat yang terbiasa menggunakan bahasa daerah tanpa mempelajari bahasa indonesia akan memiliki pemahan yang kurang terhadap bahasa persatuan yaitu bahasa indonesia. Karena bahasa indonesia berfungsi untuk membantu seseorang menjalin hubungan bermasyarakat.
Selain itu kurangnya penggunaan bahasa Indonesia di daerah pedalaman merupakan fenomena yang mempengaruhi integrasi sosial, ekonomi, dan pendidikan di Indonesia. Bahasa Indonesia, sebagai bahasa nasional seharusnya berperan sebagai alat pemersatu yang memfasilitasi komunikasi antarwarga negara yang memiliki latar belakang etnis dan budaya berbeda. Namun, di banyak daerah terpencil, bahasa lokal masih mendominasi kehidupan sehari-hari. Kendala geografis, kurangnya akses terhadap pendidikan formal, serta kebijakan yang tidak merata menjadi beberapa penyebab utama fenomena ini.
Dari sudut pandang sosial, penggunaan bahasa Indonesia di daerah terpencil menghambat integrasi antarwarga dengan masyarakat yang lebih luas. Bahasa Indonesia memiliki fungsi strategis sebagai bahasa umum dalam berkomunikasi  di negara yang multietnis. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik memungkinkan individu dari berbagai latar belakang budaya berkomunikasi secara efektif dalam konteks sosial maupun profesional. Di daerah terpencil, di mana bahasa lokal masih dominan, terjadi pemisahan sosial antara komunitas tersebut dengan masyarakat arus utama, yang mengakibatkan terisolasinya kelompok-kelompok ini dari interaksi dan peluang di tingkat nasional. Hal ini dapat memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi yang sudah ada, di bidang akses pekerjaan dan kesempatan berwirausaha.
Secara pendidikan, kurangnya penggunaan bahasa Indonesia juga berpengaruh pada kemampuan akademik anak-anak di daerah pedalaman. Bahasa Indonesia merupakan sarana terpenting  dalam kurikulum pendidikan nasional. Anak-anak yang tidak terpapar bahasa Indonesia sejak dini akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di sekolah, terutama dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan dalam bahasa nasional. Kondisi ini memicu rendahnya kualitas pendidikan di daerah pedalaman dan menghambat peningkatan literasi nasional. Studi yang dilakukan di beberapa daerah pedalaman menunjukkan bahwa anak-anak dari komunitas yang bahasa lokalnya sangat kuat sering kali tertinggal dalam pencapaian akademik dibandingkan dengan anak-anak dari daerah yang lebih terintegrasi dengan penggunaan bahasa Indonesia.
Dari sisi kebijakan, kurangnya pelaksanaan kebijakan yang mendukung penyebaran bahasa Indonesia di daerah terpencil turut memperparah masalah ini. Meskipun pemerintah telah mengakui pentingnya bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu, penerapan di lapangan sering kali tidak merata. Program pengajaran bahasa Indonesia sering terbentur oleh minimnya infrastruktur pendidikan, keterbatasan guru yang fasih berbahasa Indonesia, serta ketergantungan yang masih tinggi terhadap bahasa lokal dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, program pemerintah dalam meningkatkan literasi bahasa Indonesia sering kali lebih terfokus pada daerah perkotaan, sehingga daerah pedalaman tertinggal dalam hal aksesibilitas dan kualitas pendidikan bahasa.
 penggunaan bahasa lokal di daerah terpencil sebenarnya bukanlah hal yang sepenuhnya negatif. Bahasa lokal memiliki nilai budaya yang sangat penting dan merupakan keseluruhan  identitas masyarakat setempat. Namun, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana mempertahankan bahasa lokal tersebut tanpa mengorbankan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi secara penuh dalam kehidupan nasional. Revitalisasi bahasa lokal harus seimbang dengan penguatan pengajaran bahasa Indonesia agar masyarakat di daerah terpencil tetap dapat mempertahankan budaya mereka, namun tetap memiliki akses yang sama terhadap peluang nasional.
Solusi untuk mengatasi masalah ini memerlukan pendekatan secara keseluruhan  dan terkoordinasi. Pertama, perlu adanya peningkatan infrastruktur pendidikan di daerah terpencil. Pembangunan sekolah, penyediaan buku pelajaran yang berkualitas, serta peningkatan kapasitas guru dalam mengajarkan bahasa Indonesia harus menjadi prioritas. Selain itu, program pendidikan menggunakan dua bahasa baik dalam bahasa ibu maupun bahasa kedua yang mempertahankan bahasa lokal sambil mengajarkan bahasa Indonesia secara bertahap dapat menjadi solusi untuk mencegah konflik antara pelestarian budaya dan integrasi nasional. Kedua, perlu ada pendekatan yang lebih inklusif dalam kebijakan literasi bahasa. Program-program pemerintah harus menjangkau daerah terpencil secara lebih intensif, dengan melibatkan komunitas setempat untuk memastikan bahwa program tersebut sesuai dengan kebutuhan dan konteks lokal.
Ketiga, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat dimanfaatkan sebagai sarana  memperkenalkan dan memperluas penggunaan bahasa Indonesia di daerah pedalaman  Penggunaan media digital, seperti aplikasi pembelajaran bahasa dan konten audiovisual dalam bahasa Indonesia, dapat menjadi alternatif bagi keterbatasan infrastruktur . Dengan  internet yang semakin meningkat, daerah pedalaman dapat lebih terhubung dengan program pembelajaran bahasa yang dikelola secara daring. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan penguasaan bahasa Indonesia, tetapi juga membuka peluang akses terhadap pengetahuan dan informasi yang lebih luas. bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga sebagai identitas dan kekuatan politik. Oleh karena itu, solusi untuk meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia di daerah pedalaman harus dilakukan dengan pendekatan yang berkelanjutan. Setiap kebijakan yang diambil harus mempertimbangkan keragaman dan mempelajari ilmu bahasa secara umum, bahasa daerah, bahasa indonesia maupun bahasa asing yang ada, serta memastikan bahwa kebijakan tersebut diterima oleh masyarakat setempat tanpa merasa bahwa identitas mereka terancam. Kerja sama  antara pemerintah, lembaga pendidikan, serta masyarakat lokal sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pengembangan penggunaan bahasa Indonesia tanpa mengabaikan pentingnya bahasa lokal.

Kesimpulannya, kurangnya penggunaan bahasa Indonesia di daerah pedalaman adalah masalah yang sulit untuk di pecahkan dan memerlukan solusi yang baik. Memperkuat  pendidikan bahasa Indonesia, peningkatan pendidikan, kebijakan literasi bagi seluruh masyarakat setempat, pemanfaatan teknologi adalah beberapa langkah penting yang dapat diambil untuk mengatasi masalah ini. Dengan pendekatan yang tepat, masyarakat di daerah pedalama dapat lebih berguna di dalam kehidupan nasional tanpa kehilangan `identitas budaya mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun