Mohon tunggu...
Indriati See
Indriati See Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

WNI bermukim di Jerman

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Teman Kami Dibunuh karena Minta Cerai

20 Desember 2011   23:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:58 1545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_150812" align="aligncenter" width="450" caption="Suasana Pemakaman dimana teman kami beristirahat"][/caption]

Teman kami sebut saja namanya Anita (berasal dari salah satu negara tetangga Indonesia) menikah dengan WN Jerman dan mempunyai satu orang putri bernama Nina. Nina adalah teman sekelas dari putri kami. Hubungan antara kami dengan keluarga Anita sangat baik, bahkan kami pernah berlibur bersama ke Itali. Liburan yang sangat menyenangkan bagi kami semua.

Anita yang berhasil hidupnya di Jerman, mulai menarik satu per satu adik perempuannya dari negaranya dan sudah pasti menjodohkan mereka dengan pria Jerman. Salah satu dari adiknya bernama Brigitta. Dari perkawinannya bersama pria sebangsa, Brigitta dikaruniai 3 orang putra dengan usia antara 11 – 18 tahun. Sangat disayangkan, perkawinan tersebut tidak bisa dipertahankan dan merekapun bercerai.

Menurut cerita Anita, ex-suami dari Brigitta tidak mau menanggung biaya ketiga putra mereka dan membiarkan Brigitta berjuang sendiri untuk menghidupi ketiga putranya.

Karena merasa kasihan dan tentunya ingin mengubah nasib adiknya, Anita berusaha menjadi Mak Comblang dengan mencari calon suami yang berwarga negara Jerman dan mau menerima Brigitta bersama ketiga putranya.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Anita berhasil menemukan calon suami sebut saja namanya si C untuk Brigitta. Setelah proses birokrasi lulus dilalui oleh Brigitta, tinggallah mereka bersama-sama (C, Brigitta dan ketiga anak-anaknya) di rumah C di salah satu kota yang cukup mahal tingkat kehidupannya.

Rumah tangga Brigitta, kalau dilihat dari keadaan ekonomi ya boleh dibilang berkecukupan, ketiga putranya belajar di Sekolah Internasional karena mereka tidak bisa berbahasa Jerman. Dalam dua bulan si putra sulung (18 tahun) berhasil lompat kelas dan mendapat beasiswa dari salah satu organisasi di kota tersebut. Kesimpulan yang bisa diambil bahwa Brigitta berhasil mendidik ketiga putranya, baik dalam sopan santun dan prestasi di sekolah.

Karena sekolah anak-anak memerlukan biaya besar, Brigitta mulai bekerja apa saja dengan bahasa Jerman yang masih terbatas. Sebagai seorang sarjana ekonomi, Brigitta berhasil mendapat pekerjaan dalam sebuah Pusat Perbelanjaan sebagai tenaga yang mengurus inventaris barang-barang dari Pusat Perbelanjaan tersebut.

Hari-hari berlalu dengan teriakan dan makian dari sang suami terutama terhadap ketiga anak-anak Brigitta. Rasa sakit hati, terhina membuat phisik Brigitta semakin kurus ditambah dengan tinggi badan yang tidak mencapai 155 cm, benar-benar terlihat seperti tubuh seorang gadis remaja.

Terakhir saya bertemu dengan Brigitta pada saat pesta ulang tahun Anita yang ke-50. Saat itu dia mengeluh dan curhat kepada saya dan berniat ingin mengajukan cerai.

Disamping suaminya, ada dua pria Jerman yang menjadi sahabat dari Brigitta, sebut saja si A dan si B. Si A benar-benar jatuh cinta pada Brigitta dari pertama kali dia liburan ke Jerman jauh sebelum dia memutuskan datang bersama ketiga putranya untuk menikah dengan si C. Brigitta menolak cintanya si A karena dengan terus terang si A tidak sanggup membiayai hidup ketiga putra Brigitta jika mereka hidup bersama, tetapi mereka tetap berteman. Sedangkan si B yang membantu proses perceraian Brigitta dengan si C.

Pada hari naas tepatnya pada tanggal 2 Desember 2011, Brigitta mengajukan cerai, saya tidak tahu persis bagaimana ceritanya, apakah ada pertengkaran atau tidak, yang sudah pasti si C mengajak Brigitta untuk keluar rumah agar urusan mereka tidak diketahui oleh anak-anak.

Pada saat itu si B sudah memperingatkan agar Brigitta jangan keluar rumah dengan si C.

Nasehat dari si B tidak didengar oleh Brigitta dan dia langsung masuk kedalam mobil sang suami dan mobilpun melaju ke arah luar kota. Sampai di satu kota, mereka berhenti dan terjadilah pertengkaran yang berakhir dengan 6 (enam) tusukan pada tubuh Brigitta. Setelah melampiaskan kemarahannya, si C melarikan diri dan meninggalkan Brigitta yang terluka. Puji Tuhan ada orang yang melihat kejadian tersebut dan mencatat mobil si suami.

Setelah Polisi diberi tahu, pengejaranpun dilakukan dan akhirnya si suami berhasil ditangkap pada radius 10 Km dari tempat kejadian.

Pada tanggal 3 Desember siang, saya menjemput anak-anak dari stasiun KA, saat itu saya mendapat berita dari putri saya bahwa Brigitta meninggal. Pertama-tama saya tidak percaya karena selama ini Brigitta tidak pernah sakit. Lalu putri saya bilang kalau Brigitta meninggal karena dibunuh oleh suaminya. Mengapa ? mengapa wanita yang selembut, pintar, bermental baja, berbudi baik harus menanggung semuanya ini, diakhiri masa hidupnya hanya karena rasa ”cemburu” dari si suami ?.

[caption id="attachment_150815" align="aligncenter" width="450" caption="Jalan masuk menuju tempat peristirahatan"][/caption]

Hari ini 20 Desember 2011 jam 13:00 kami menghadiri pemakaman dari Brigitta yang cukup lama disemayamkan di tempat khusus karena menunggu beberapa proses yang harus dilalui.

Semua pelaksanaan penguburan diorganisir oleh Nina (16 tahun), sampai ke kata sambutan dengan pesan moral yang ditujukan kepada ketiga sepupu kandungnya. ... Suasana duka yang sangat memilukan dengan menampilkan foto-foto Brigitta dari masa kanak-kanak sampai mempunyai tiga orang anak yang sehat dan baik. Tak seorangpun yang tidak meneteskan air mata dan merasa tidak kehilangan.

Pada saat penguburan, salju turun dengan derasnya, kesan dingin, jauh dari tanah air yang berlimpahan sinar surya, membuat dada saya benar-benar sesak. Saya hanya berpikir: ”Dimana keadilan itu !”. Seorang ibu yang masih muda belia, mengorbankan cinta, emosi dan kepentingan diri demi kesejahteraan ketiga buah hatinya untuk mendapatkan hidup yang layak di negara orang ... tetapi nasib berkata lain ...

Untukmu Brigitta, walaupun tubuhmu kedinginan dibawah sana, tetapi jiwamu kini berada dalam hangatnya pelukan Allah Bapa Yang Maha Pengasih, maafkanlah mereka yang telah menyakitimu selama kau berada di dunia yang fana ini bersama kami. Kau telah berhasil mengakhiri permainan dalam kehidupan ini, walaupun itu bukan kehendakmu.

RIP

Kasus diatas sampai diberitakan di TV Jerman dan juga di Youtube, untuk menjaga privasi semua keluarga yang ditinggalkan, maka: nama-nama yang terlibat dan tempat kejadian terpaksa saya rahasiakan ... mohon maaf ...

Kami semua masih dalam keadaan schock dan berduka, terutama anak-anak baik dari keluarga Anita, Brigitta dan putra putri kami. Anak-anak seharusnya belum boleh mengenal sisi gelap dari kehidupan ini tetapi itulah yang terjadi saat ini terhadap mereka ...

Hofheim im Ried, 20 Desember 2011

Foto-foto: dokumen pribadi 20.12.11 + 1

Musik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun