Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Strategi Kampanye Caleg atau Capres

10 Maret 2014   14:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:06 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Strategi kampanye caleg berdasarkan hobi, bakat, atau kelatahan? Tanyakan hal itu pada Tim sukses masing-masing.
Saya geli melihat tayangan penyamaran tokoh (Capres) Anu yang wagu. Wagu bercampur "kasihan" banget, meskipun saya tahu beberapa teman mengagumi kegantengan (kata pemujanya), kematangan, wibawa dan kekayaan Anu itu.
"Cawang, Cawang .. banyak tempat duduk (bus) .. /Pak mau ke mana? mBak turun mana? Cawang, Cawang ../ wah bisnya mogok ya 'Pir"? siapa mau membantu dorong bis?" #Episode penyamaran

Kalau punya ghost writer a.k.a "penulis bayangan", maka seperti kita lihat banyak peluncuran buku-buku karangan Inu dan Itu. Mereka super sibuk dengan rapat ini dan ini, tapi hebat sekali buku-buku mereka yang tebal siap membanjiri toko buku. #masih banyak buku diobral di boks supermarket, ya buku para tokoh parpol yang mungkin dulu gak laku

Kalau hobi bercanda atau berpidato, tampillah mereka di talk show televisi favorit Anda, hehehe .. begitu reaksi pemirsa kurang mendukung pencalonannya, maka ada tokoh yang kebetulan sangat berpengaruh di blantika salah satu jenis musik di Indonesia, menyatakan begini, "Lebih 'enak' jadi Raja ... daripada jadi Presiden." Akhirnya sadar juga, Bang eh Pak.

Ada lagi yang melakukan kampanya (terselubung) ala pecinta (nan romantis). Berkirim surat! Untuk memberikan janji indah! Sayang, romantisme itu kan sifatnya subyektif ya, nah ini dikirimkan kepada sekitar lebih dari 13.000 alamat. Para guru di sebagian wilayah di DIY Jogyakarta, pada mengaku menerima kiriman surat (cap pos resmi) dari tokoh yang sangat berkuasa di partainya. Isinya sih sebenarnya agar para penerima surat tidak lupa mencoblos nama sang capres itu. Pengirimannya diakui oleh sang capres, tapi motif isi pesannya disangkal. Toh para guru sempat heboh dan mengatakan memang isinya begitu sih. Padahal, para guru bilang kalau mereka dijanjikan hidup lebih sejahtera bila sang capres menang.

Kalau capres atau caleg berbakat narsis, kita bisa melihat foto-foto "action" mereka di banyak baliho di pinggir-pinggir jalan raya atau dekat jembatan layang ..

*All is fair in politics, including money politics? I hope not.*

Selamat bersantai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun