[caption caption="Belajar Bijak | Ilustrasi: www.brainyquote.com"][/caption]Menjadi silent reader dalam sebuah grup diskusi, atau kebetulan nonton TV acara bincang-bincang, menyimak dan mendengarkan orang pada beropini tentang LGBT, terorisme, orang bercadar ke atm, kebijakan presiden yang katanya hasil sesat pikir, jalan toll sumatra, pembangunan yang harusnya sudah dimulai di luar jawa, gado-gado dan nano-nano topiknya.Â
Si Saya google dan mencari rujukan dari banyak sumber, dan sambil tersenyum-senyum mengikuti Mister Pedetok, menjelaskan ini itu. Begitu Mister Ahlibeneran datang, dengan satu dua kalimat, melontarkan satu pernyataan pendek, atau satu pertanyaan terbuka -- mendadak Mister Pedetok sungguh menjadi seperti pelawak kehabisan ide guyonan. Mati gaya.Â
Memang itu yang sudah kubayangkan, bahwa Mister Sokatuhah dan Miss Pedetok akan terhenti begitu Mister Ahlibeneran yang benar-benar ahli, datang dengan kalem, berwibawa, dan bawa data. Katanya, "Disayangkan orang banyak beropini tapi miskin pengetahuan".
Begitulah, dan yang begini ini, banyak. Pun pengikutnya yang asal percaya, lebih banyak.
Kiranya jagalah tangan (yang menulis), mulut, dan lidahku agar tidak membuatku mirip Mister Opini, atau Miss Serasatau dan Mrs. Pastikutahuni.
Momen yang paling wagu itu bila melihat Mister Ngawuro dan Miss Ngasuri mendadak terdiam, atau tersandung sendiri dengan wajah mirip pelawak keselak biji dondong.
Inilah berkah hidup zaman kini, menikmati kemewahan banyak wacana, rona, tawa, dan pertukaran rasa. Rasa-rasanya. Rasanya Si Saya adalah salah satunya, entah yang mana --- atau semuanya.
Â
Salam Kompasiana. |Indria Salim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H