Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Monolog Muram dan Dukacita

19 Mei 2016   09:57 Diperbarui: 19 Mei 2016   13:00 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gugur bungaku, langit dan bumi berduka |Foto: Indria Salim

Menyikapi Kasus-kasus Pemerkosaan

Kesedihanku yang mendalam untuk para korban pemerkosaan -- baik yang tewas terbunuh oleh pelaku pemerkosaan, yang sampai hamil dan akhirnya terbunuh, yang sampai hamil -- melahirkan bayi dan membunuh bayinya, yang hamil, melahirkan bayi tetapi tidak tahu apa yang dilakukannya.

Kepedihanku yang mendalam, untuk para korban pemerkosaan -- yang tidak berdaya melawan dan mencegah hal itu terjadi, karena cengkeraman setan pemerkosa -- baik yang punya nama, atribut sosial, maupun mereka yang masih belia namun menjadi budak biadab yang terdorong nafsu sesaat.

Kegeramanku kepada para pemerkosa -- khususnya bila mereka merusak pagar yang harus mereka jaga; anak yang harusnya melanjutkan masa depan generasi; dan korban yang tidak punya secuil nyali karena ketergantungan emosi atau ekonomi, mungkin juga kebutuhan & kepentingan lain.

Kemarahanku,  terhadap pelaku kekerasan seksual -- apakah itu ayah kepada anaknya  sendiri; guru atau dosen kepada remaja anak didiknya; tindakan keji orang dewasa kepada bayi bau susu -- apalagi kalau pelaku adalah orang tua biologisnya. Kemarahan yang sama terhadap tokoh panutan yang mencabuli asisten rumah tangga; asisten pribadi di tempat kerja; atau seorang lelaki kepada  calon pasangan hidupnya; mungkin tokoh masyarakat melakukannya kepada kembang desa;  atau tetangga dengan isteri kawannya; atau pelintas jalan menuju rumah yang dicegat gerombolan pemabuk.

Keprihatinanku terhadap para lelaki muda belia usia sekolah, yang tersesat oleh jerat pornografi dan lingkungan pergaulan -- sehingga dengan pikiran dan pemahaman mereka yang belum sehasta, terdorong melakukan kebiadaban tak terbayangkan yang membinasakan anak orang, teman sendiri, dan sekaligus menghancurkan masa depan mereka sendiri sebagai pelaku.

Kegemasanku terhadap para tokoh masyarakat, pejabat, atau politisi yang kelakuannya kekanak-kanakan -- mementingkan kantong pribadi dan gerombolannya, sekadar bisa bermain dan memainkan kepedihan rakyat, yang mengandalkan mereka menjadi pemimpin dan panutan negeri.

Semoga semua rasa kelabu dan teriak sunyi merah membara, terdengar ke seantero jagad bumi dan seisinya, menggema dan bergaung menjadi sebuah kesadaran betapa berharganya anak-anak dan generasi muda kita, dan pentingnya memberikan kepada mereka bimbingan -- bukan hanya dengan kata, wacana, pencitraan, pidato, namun dengan tindak tanduk keseharian mereka, baik yang tampil atau tidak tampil, atau ditampilkan di media massa dan media elektronik.

Salam dukacitaku kepada semua dari kami yang berduka.


limbuk mengguguk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun