Menyikapi Kasus-kasus Pemerkosaan
Kesedihanku yang mendalam untuk para korban pemerkosaan -- baik yang tewas terbunuh oleh pelaku pemerkosaan, yang sampai hamil dan akhirnya terbunuh, yang sampai hamil -- melahirkan bayi dan membunuh bayinya, yang hamil, melahirkan bayi tetapi tidak tahu apa yang dilakukannya.
Kepedihanku yang mendalam, untuk para korban pemerkosaan -- yang tidak berdaya melawan dan mencegah hal itu terjadi, karena cengkeraman setan pemerkosa -- baik yang punya nama, atribut sosial, maupun mereka yang masih belia namun menjadi budak biadab yang terdorong nafsu sesaat.
Kegeramanku kepada para pemerkosa -- khususnya bila mereka merusak pagar yang harus mereka jaga; anak yang harusnya melanjutkan masa depan generasi; dan korban yang tidak punya secuil nyali karena ketergantungan emosi atau ekonomi, mungkin juga kebutuhan & kepentingan lain.
Kemarahanku,  terhadap pelaku kekerasan seksual -- apakah itu ayah kepada anaknya  sendiri; guru atau dosen kepada remaja anak didiknya; tindakan keji orang dewasa kepada bayi bau susu -- apalagi kalau pelaku adalah orang tua biologisnya. Kemarahan yang sama terhadap tokoh panutan yang mencabuli asisten rumah tangga; asisten pribadi di tempat kerja; atau seorang lelaki kepada  calon pasangan hidupnya; mungkin tokoh masyarakat melakukannya kepada kembang desa;  atau tetangga dengan isteri kawannya; atau pelintas jalan menuju rumah yang dicegat gerombolan pemabuk.
Keprihatinanku terhadap para lelaki muda belia usia sekolah, yang tersesat oleh jerat pornografi dan lingkungan pergaulan -- sehingga dengan pikiran dan pemahaman mereka yang belum sehasta, terdorong melakukan kebiadaban tak terbayangkan yang membinasakan anak orang, teman sendiri, dan sekaligus menghancurkan masa depan mereka sendiri sebagai pelaku.
Kegemasanku terhadap para tokoh masyarakat, pejabat, atau politisi yang kelakuannya kekanak-kanakan -- mementingkan kantong pribadi dan gerombolannya, sekadar bisa bermain dan memainkan kepedihan rakyat, yang mengandalkan mereka menjadi pemimpin dan panutan negeri.
Semoga semua rasa kelabu dan teriak sunyi merah membara, terdengar ke seantero jagad bumi dan seisinya, menggema dan bergaung menjadi sebuah kesadaran betapa berharganya anak-anak dan generasi muda kita, dan pentingnya memberikan kepada mereka bimbingan -- bukan hanya dengan kata, wacana, pencitraan, pidato, namun dengan tindak tanduk keseharian mereka, baik yang tampil atau tidak tampil, atau ditampilkan di media massa dan media elektronik.
Salam dukacitaku kepada semua dari kami yang berduka.
limbuk mengguguk
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H