Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Kesadaran Toleransi dan Respek Demi Keharmonisan Hidup Berbangsa

13 September 2016   23:55 Diperbarui: 14 September 2016   02:08 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Merawat kerukunan beragama, menjadi bagian dari merawat kehidupan dan relasi antar warga masyarakat, secara nasional maupun global. Secara global perlu disebutkan juga mengingat era media sosial dan internet yang semakin canggih, tidak terpisah dengan adanya komunikasi dan interaksi serta penyebaran informasi secara global – lintas wilayah, waktu, dan SARA. Perlunya harmoni kehidupan di era media sosial tentu melibatkan semua saja secara lintas wilayah dan waktu. Warga Indonesia ada di seantero dunia, pun warga bangsa lainnya tentu bisa kita jumpai di Indonesia.

Media sosial menjadi bagian penting dalam keseharian kita saat ini, khususnya bagi masyarakat yang melek dan punya akses internet.

Pada dasarnya media sosial itu tujuannya baik, karena meningkatkan interkonektivitas dan saling ketergantungan dunia yang dihuni oleh penduduk yang heterogin. Agama dan keyakinan yang dianut oleh seseorang atau sekelompok masyarakat adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia dalam arti luas.

Media sosial dimanfaatkan untuk berkomunikasi dan mengikuti perkembangan informasi yang bisa diakses dengan mudah dan cepat. Semakin lama, semakin luas jangkauan internet yang dilakukan oleh pengguna, dan skala usia penggunanya juga semakin melebar – mulai dari siswa SD, sampai manula. Hal ini bisa dikatakan sebagai bagian dari keseharian masyarakat era modern. Bahkan kalau di awal-awal periode sebelumnya, media sosial dipakai untuk hal yang sifatnya umum maka sekarang isu pribadi juga menjadi viral karena diungkapkan secara publik.

Idealnya, pengguna media sosial menyadari tujuan awal yang baik ini. Komunikasi dan interaksi melalui media sosial sejatinya adalah untuk meningkatkan interaksi dialogis yang membangun pemahaman dan saling pengertian pengguna, dan yang tak bisa dihindari – memiliki sudut pandang dan pemikiran yang tidak selalu sama.

Di sisi lain, kemudahan ini menjadikan setiap orang sebagai penulis sekaligus orang yang punya semacam kebebasan dan kemandirian untuk mempublikasikan tulisannya. Hal ini memosisikan pengguna sebagai pihak pengungkap gagasan, sekaligus pengritik bagi orang lain.

Saya teringat ungkapan seorang teman yang praktisi komunikasi. Ini katanya, “Kalau dalam pertemuan mendadak terjadi kebekuan, topik apa yang dapat membuat interaksi menjadi bergulir seru, kadang panas? Cobalah bicara soal sepak bola, politik, agama, atau seks.” Tampaknya dia ada benarnya. Terbukti dari keriuhan dan kebisingan yang terjadi di dunia maya, ketika ada isu atau insiden terkait agama – apa pun itu, seringnya menghasilkan efek viral.

Nah itu belum dikaitkan dengan platform aplikasinya. Kini setiap orang mengenal dan hampir semua menggunakan FB, Twitter, Path, Instagram, email, Whatsapp, Youtube, dll. Orang semakin mudah membuat suatu isu atau materi pemberitaan beredar secara viral untuk tujuan tertentu. Tentu hal ini tidak selalu buruk, namun tidak juga bebas ekses negatifnya. Sebenarnya fenomena sekeping mata uang dengan dua sisi ini bukan saja dalam konteks media sosial. Harmoni kehidupan dalam keberagaman juga bukan melulu karena perbedaan agama. Politik saat ini sungguh mendominasi dan punya andil besar dalam mewarnai dinamika kerukunan masyarakat di Indonesia.

Upaya menerima keragaman di Bumi Nusantara

Kita perlu belajar untuk memahami tentang latar belakang budaya, kehidupan, dan keunikan budaya yang ada di Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Ini penting untuk membangun hubungan antar warga dan kelompok masyarakat, membangun raa saling peraya yang mendukung pada rasa kebersamaan atau persatuan alih-alih eksklusivitas.

Memperlakukan semua elemen masyarakat dengan adil dan merata, secara kreatif dan proporsional sehingga semua pihak merasa nyaman dalam melakukan peran masing-masing dalam masyarakat. Hal ini juga bisa diwujudkan dalam hal melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan, dan perencanaan terkait kegiatan-kegiatan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun