[caption caption="Kopi dan Kamu | Foto: Indria Salim"][/caption]
*Minggu Pertama -- Menulis Flash Fiction 200 kata*
Aku duduk di pembaringan. Kau bersandar di tumpukan bantal, Britany. Kubenamkan tubuhku dalam selimut tebal. Kuhirup kopi di cangkir hadiah darimu, sambil merasakan kembali kecupan hangat dan basah bibirmu --- kuharap waktu membeku. Pukul 3 siang, dan ini cangkir kopiku yang ke-lima. Aku mulai berpikir, tampaknya diriku menyedihkan. Kusapukan pandangku ke seluruh kamar, dan baru menyadari – hidupku menyedihkan.
Kamar ini penuh tumpukan pakaian kotor dan lautan buku membuncah. Semua berserakan dan menutupi cangkir kotor yang bergelimpangan.
Air hitam yang pahit ini menjadi obat mujarab, dan darah yang memompa jantungku. Kini darah hitam bercangkir-cangkir bahkan malah melumpuhkan batinku. Mungkin aku terlalu lelah, sehingga otak dan jantungku sejenak berhenti bekerja. Kubuat secangkir kopi lagi, menenggaknya dua kali, dan meninggalkan noda lelahku di dasar cangkirnya.
Kumenulis lagi, di laptop yang seletih diriku. Laptop ini, kunamakan sama dengan nama kesayangan yang kuberikan kepadamu – Britany. Sejak kepergianmu, hanya Britany dan kopi yang memahamiku, Matahariku.
Sudah lima cerita kutulis, semua berakhir dalam tanya, “Mengapa kau pergi secepat uap kopiku? Dulu kau berjanji untuk mencintaiku sampai tua, dan mati dalam satu dekapan ajal.”
Engkaukah itu yang mencumbuiku dalam sesap pekatnya kopi? Kumasih menggigil, mataku nyalang – merengkuh bayang jiwamu. Kisah kita purna, bersama kesetiaanmu menantiku di surga.
|@IndriaSalim|
Flash Fiction 200 Kata ini terinspirasi dari puisi Joko Pinurbo “Surat Kopi” *)
Dan karya ini diikutsertakan dalam rangka HUT RTC
“ … Kopi: nama yang tertera pada sebuah nama. Namaku.
- - -
Tiga teguk yang akan datang aku bakal
mencecap hangat darahmu di bibir cangkir kopiku.”
(2013)