Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Politik

[HumPol] Bahasa SBY, Ungkapan Bawah Sadar dan Teori Sigmund Freud

3 November 2016   18:59 Diperbarui: 4 November 2016   01:17 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teori Kepribadian Sigmund Freud | Ilustrasi: simplypsychology.org

Istilah “Lebaran Kuda” menjadi topik kekinian dalam dua hari terakhir ini. Sebagai penutur asli bahasa Jawa Solo, Surakarta Hadiningrat, Limbuk memahami maksud yang disampaikan oleh Pak Beye.
Lebaran dari kata "lebar" = sakwise (Jw) = sesudah.
Lebaran kuda = sakwise dina gegayutan karo jaran = sesudah hari (peristiwa) yang berhubungan dengan soal kuda.
Itu namanya dalam istilah Jawa "sanepan", yang maksudnya menyampaikan pesan atau maksud hati melalui kode atau perumpamaan.

Limbuk membatin, “Semoga lebih banyak orang paham dan berempati dengan Pak Beye, mengingat di masa lau -- sepuluh tahun lamanya sekian ratus juta jiwa ada dalam satu biduk yang dinakhkodai beliau. Hmm, Limbuk kok jadi melow, terlarut dalam rasa nostalgia nan sendu kalau ingat tentang masa satu dasa warsa itu.

Mekanisme Pertahanan Ego

Sigmund Freud adalah warga negara Austria, dikenal sebagai Bapak Psikoanalisis Sigmund (1856 – 1939). Freud dikenal dengan teori kepribadian yang mengungkapkan peran penting ketidaksadaran (id), termasuk insting seks dan agresi yang menjadi bagian dalam pengaturan tingkah laku. Freud mendiskripsikan kepribadian menjadi tiga pokok pemikiran, yaitu -- struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian. Tingkat kehidupan mental dan wilayah pikiran mengacu pada struktur atau komposisi kepribadian.

Bagi Freud, manusia termotivasi untuk mencari kesenangan serta menurunkan ketegangan dan kecemasan. Motivasi ini diperoleh dari energi psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki.

Freud memaknai mekanisme pertahanan ego sebagai strategi yang dipakai individu untuk mencegah kemunculan terbuka dorongan-dorongan id (alam bawah sadar) selain juga untuk menghadapi tekanan superego atas ego.Tujuannya yaitu agar kecemasan bisa diredakan.

Bermodalkan ilmu cocokologi, maka Limbuk mengutak-atik peristiwa kegusaran SBY terkait selenthingan isu intelijen yang beredar. Beredar di mana, ditujukan kepada siapa, dan tepatnya intelijen yang mana? Nah karena semua tampaknya interpretasi SBY (baca kompas online tanggal 3/XI/2016) -- lalu Limbuk bertanya dalam hati, 'Apakah ini yang dimaksud dengan meredakan kecemasan dengan mengadakan konferensi pers?'
Bagaimana nggak cemas kalau menurut SBY, ada fitnah beredar dan isinya tentang salah satu cagub mendanai unjuk rasa 4 November? Kan siapa tahu saja itu ditujukan pada pihaknya yang sedang mencalonkan putra sulung maju ke medan kampanye.
Wakil Presiden JK saja bilangnya begini, ""Analisis kan boleh berbeda-beda. Mungkin yang ditangkap Pak SBY beda. Analisis kita juga beda. Itu biasa saja," ujar Kalla."
Limbuk, 'Nah, ini dia -- mungkin ada yang baper.'

Proyeksi

Situs kompas online menyebutkan bahwa Pak Beye memang tidak eksplisit mengatakan kalau merasa dituduh, namun yang bersangkutan mengaku sudah mengumpulkan informasi sebelum berbicara pada hari ini. Sehari sebelum mengadakan konferensi pers, Pak Beye menemui Wakil Presiden JK, dan juga Menko Polhukam Wiranto.

"Memfitnah atas nama analisis intelijen sekaligus menghina. Kita tahu Arab Spring mulai dari Mesir, Libya, Tunisia, dan Yaman itu tidak ada dikatakan penggeraknya. Yang komandoi media sosial. Itulah era sekarang ini. Jadi, jangan tiba-tiba simpulkan ini yang menggerakkan, ini yang mendanai," ucap dia. (kompas.com, 2/XI/2016)

Netizen di media sosial menanggapi hal ini dengan berbagai ungkapan namun intinya menafsirkan bahwa Pak Beye marah, atau merasa dituduh. Di lain pihak sebagian netizen yang menafsirkan itu beranggapan bahwa mereka tidak mendengar atau merasa ada tuduhan beredar seperti yang dikeluhkan oleh si Bapak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun