Oleh: Indria Salim - Nomor 58
Sore itu Tum disuruh Bu Menggung beli gula pasir di Toko Pepak Babah Liem, warung langganan dekat rumah. Bagi mereka yang tinggal di wilayah Pasar Kembang, Toko Babah Liem terkenal dengan sembako-nya yang lengkap dan harganya melawan alias murah.
Tum: "Den Putri, niki susuke arto gendis pasir" (Juragan Putri, ini kembalian uang beli gula pasir)
Bu Menggung: "Lha kok mung sewu rupiah, larang regane ki -- mesthi sing ngedoli dudu Nyonyahe yo?" (Kok cuma seribu perak, mahal niy harganya. Pasti yang nglayanin jual tadi BUKAN Nyonyah-nya ya)?
Tum: "Wau sing ngedoli Nyonyahe koq Den" (Tadi yang melayani/jualin sang Nyonya kok, Juragan)
Bu Menggung: "Ora percoyo aku, wis ah ojo ngapusi" (Aku nggak percaya, sudah ah jangan bohong)
Tum: "Saestu Den, lha wong niki Nyonyahe ning jaler koq" (Benar 'Gan, lah tadi memang yang jualin Nyonya yang laki-laki)
Bu Menggung 'ra iso nesu mergo ngguyu kepingkel-pingkel ... "Oooh bocah koq gemblung, yen Nyonyae lanang yo Babahe kuwi ... ha ha ha " (terbahak-bahak .. "Anak bodoh, kalau Nyonya 'laki-laki' itu panggilannya Babah")
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul :Inilah Hasil Karya Peserta Event Fiksi Kota Kelahiran
Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H