Sejak kemarin petang sampai hari ini, hujan 15 jam nonstop dan masih berlanjut. Maka aku bisa "mengkambinghujankan" hari Jumat berkah ini, yang membuatku bawaannya jadi ingin makan terus. Brownies coklat almond yang ku"amankan" sejak tahun baru, pagi ini terasa lezat dan nikmat.Â
Dulu aku memang penggila brownies. Seiring berjalannya waktu dan trend makanan yang terus berubah, aku semakin cuek bila ada brownies di depan mata. Selain usaha mengurangi makanan, minuman, dan kue manis, tubuh dan seleraku juga kurang cocok dengan yang serba manis.
Apalagi kata-kata manis pun kini tidak jarang dipakai untuk memperdaya orang, ya nggak? Nah, ini sih persoalan lain.
.
Sambil menikmati beberapa potong brownies dingin, aku menyimpulkan bahwa menyelamatkan makanan ke dalam kulkas itu bagus bila timing dan caranya tepat. Masukkan makanan ke dalam kulkas di toples yang bersih, makanan kondisi prima -- bersih, segar, higienis, dan tak lupa kenali batas kadaluarsanya.
.
Makanan yang mengandung santan biasanya tahan tersimpan maksimal 2 hari. Buah-buahan dan sayuran berbeda, memiliki batas kadaluarsa berbeda. Buah apel misalnya, jauh lebih awet dalam penyimpanan lemari pendingin dibandingkan dengan buah salak. Kue bolu dan 'kue-kue basah' lainnya lebih rentan jamuran dibandingkan dengan brownies. Itu pengalaman pribadi selama ini.
.
Aku berterima kasih pada kulkasku yang awet, yang juga membuat semua yang disimpan awet. Kulkas ini kubeli dengan uang bonus tahunan dari kantor sekitar pertengahan tahun 2008. Kulkas ini kuat sekali, modelnya nggak tetap apik di mataku. Pernah  berpindah rumah, berpindah tempat dari ruang A ke ruang B, C, ya begitulah seperti pemiliknya.
.
Bagaimanapun, membeli barang atau perabot, serta apapun itu kalau terbaik kualitasnya di kelas produk yang sama terbukti menjadi keputusan tepat.Â
.
Brand atau merek tertentu memiliki produk unggulan masing-masing. Misalnya saja, merek A dijamin unggul untuk produk telpon seluler pintar, produk kipas angin it bagus bila dari merek B, AC bakal awet karena pemeliharaan serta produknya SiMerek C. Tentu ini bukan kriteria baku atau sesuatu yang nggak bakal berubah.
.
Barang murah dan nge-Hits pernah kubeli, nasibnya seperti kebanyakan yang cepat viral, ternyata kaleng-kaleng, tidak berfungsi lalu layak dibuang dan terlupakan.
.
Walau begitu, tentu sebaiknya aku nggak apriori soal yang murah-murah ini. Ada beberapa pembelian dengan harga murah terbukti kualitasnya sama sekali tidak murahan, tak terkecuali makanan. Harga dan mutu juga tidak bisa disamaratakan. Ada barang bermerek namun terjangkau oleh kocekku karena membelinya di saat musim diskon. Betul itu. Apakah pengalaman Anda dalam pembelian barang dan pemakaiannya? Yuk, bagikan sebagai komentar Anda
.
Salam Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H