Seperti apa sih, pola makan gizi seimbang itu?
Begini, makanan yang rasanya enak dan disukai anak pada khususnya, dan semua orang pada umumnya itu belum tentu mencukupi kebutuhan tubuh akan gizi seimbang. Pun begitu makanan mahal.
Nah yang seperti inilah pola makan yang sangat tidak seimbang, dan berpotensi memicu kurang gizi.
Menu makanan sehat tidak sekadar membuat anak-anak dan kita kenyang, tetapi harusnya menjaga tubuh tetap sehat dan kecukupan gizi.
Waktu remaja saya ingat diperiksa dokter karena keluhan saya sering pusing. Dokter berkata singkat, "Kurang gizi!"
Merasa malu, saya protes dokter, "Tapi saya tiap hari makan telur dan seminggu dua kali minum susu, Pak dokter."
Saya baru paham dan menerima diagnose anemia karena kurang gizi setelah dokter yang baik hati itu menjelaskan, bahwa menu makan harus memenuhi unsur-unsur lengkap yang dibutuhkan tubuh, bukan asal kita suka saja.
Akan halnya menu gizi seimbang, dalam hal ini khususnya yang disebut Panduan Isi Piringku -- terdiri dari 50persen buah dan sayur, 50 persennya lagi dibagi dengan komposisi dua pertiga nasi (karbohidrat) dan sepertiga lauk protein, itu komposisi satu kali makan. Â
Sudah beberapa tahun ini Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mencanangkan program yang bertujuan untuk memutus mata rantai kasus stunting, yang antara lain sebagian besar kasusnya disebabkan oleh Anemia Defisiensi Zat Besi (ADB).
Semua tahu, lebih dari satu tahun ini kita berada dalam situasi serba pembatasan mobilitas, dan kegiatan berinteraksi dengan banyak orang. Ini berlaku juga bagi para siswa PAUD, siswa SD, dan anak-anak berusia lebih dini.
Menjaga agar anak-anak tetap sehat walau banyak kegiatan disarankan di rumah saja tentu bukan perkara mudah. Normalnya, anak-anak cenderung mudah bosan, apalagi selama masa PSBB dan semacamnya.
Belum lagi fakta isu mendasar yang mencakup wilayah nasional, siklus yang harus dipatahkan untuk mengatasi stunting dan ADB.
Acara ini menghadirkan empat orang pembicara, yaitu Dr. Dhian Dipo, Direktur Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; Prof Sri Anna Marliyati, Ketua tim penyusun buku Isi Piringku 4-6 tahun dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) -- Institut Pertanian Bogor (IPB); Ir. Harris Iskandar, Widya Prada Ahli Utama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia; dan Karyanto Wibowo, Direktur Sustainable Development Danone Indonesia.
Acaranya sendiri berlangsung dari pukul 14.00wib sampai 16.30wib. Â
Webinar ini dihelat oleh Danone Indonesia dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional, sekaligus mempertegas komitmen Danone dalam mendukung pemerintah mengatasi masalah terkait gizi. Untuk kali ini, tema peringatan adalah Festival Isi Piringku.
Seorang teman mengomentari postingan instagram saya, "Lucu amaaat judul festivalnya!"
Jawab saya, "Iya sih, ini nama program pemerintah (Kementerian Kesehatan), dalam upaya memutuskan mata rantai stunting."
Bagi pembaca yang ingin tahu webinar lengkapnya, bisa membuka channel @nutrisibangsa di link berikut ini
https://youtu.be/DCxdIOCZHgs
Bisa dipahami bahwa usaha penanggulangan stunting dan percepatan perbaikan gizi komprehensif, perlu dilakukan oleh semua pihak, termasuk dengan usaha kolaboratif lintas-sektor -- Â termasuk sektor swasta. Pun kita semua, keluarga dan masyarakat.
Demikian, semoga Indonesia berhasil terbebas dari masalah stunting dan siap mengawal generasi tangguh dan cerdas pada masa generasi emas 2045. | Indria Salim - 2021
Ref.
bit.ly/2PlcF3Q
bit.ly/3rcv8xK
bit.ly/2Ofaej0
bit.ly/2PvaU4n
bit.ly/3b8QUg4
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H