Aku sendiri sedang kesal tersebab kucing dan tiga ekor anaknya yang sudah satu minggu ini menjadikan genteng dan atap carport sebagai tempat tinggal, bermain, berantem, dan latihan lompat-lompatan.
Suaranya dari bawah memecah konsentrasiku bekerja, membangunkan tidur malamku bahkan ketika sedang mulai memasuki tahap REM (Rapid Eye Movement).
Apakah REM itu? "REM adalah kondisi normal dari tidur yang ditandai dengan gerakan cepat dan acak dari mata."
Itu menurut temuan hasil riset oleh Nathaniel Kleitman dan muridnya Eugene Aserinsky pada tahun 1953.
Intinya, tidurku kacau gara-gara tempatku jadi langganan kucing beranak dan kucing membesarkan anak. Ini menjengkelkan sekaligus melelahkan. Ah, cerita kronologisnya tak akan selesai kutulis dalam sepuluh episode cerita bersambung.
Soal kucing ini bagiku agak rumit. Ada peliharaan tetangga, namun dilepaskan saat musim birahi, bunting, sampai melahirkan anak.
Menurutku itu bukanlah cara bertanggung jawab, terlebih bila Sang pemilik piaraan mengaku sebagai penyayang hewan, dalam hal ini kucing.
Kucing dalam satu tahun siklusnya bisa meramaikan tiga kali musim kawin, punya anak setidaknya dua kali setahun.
Kebetulan saya yang terdampak langsung oleh orang egois, serasa melakukan adopsi kucing hingga jumlah piaraan sampai sepuluh ekor. Bawaannya gaduh terus setiap hari, terlebih saat musim kawin.
<iframe src="//www.youtube.com/embed/mVKy65spREc" allowfullscreen="" width="506" height="285" frameborder="0"></iframe>Peraturan kawasan, pemilik seyogyanya tidak meliarkan piaraannya. Ini yang dilakukan sebaliknya, kawin di halaman dan genteng tetangga, melahirkan dan ngendon sampai tiga minggu di dalam plafon rumah saya. Begitu anak sudah bisa jalan dan lompat-lompat, tidak tampak ada yang melakukan adopsi kucing.
Lingkaran pertemanan penyayang binatang yang kukenal rata-rata melakukan sterilisasi kucing saat dewasa. Ini justru demi kesejahteraan kucing itu, alih-alih membiarkan piaraan beranak pinak, tapi lepas tangan saat mereka dalam masa gaduh.
Oh, ada berisik bentuk lain. Apalagi kalau bukan kebisingan khas media sosial? Nah, kau pasti tahulah soal ini.