Selasa, 5 Januari 2021
Mendung pekat sejak awal pagi. Aku tetap harus pergi untuk berbagai keperluan sesuai rencana, urusan A, B, C, dan D. Bermula dari rintik hujan gerimis, berlanjut dengan hujan deras selama kira-kira dua jam.
![Hujan Senin Pagi (05/01/2021) |Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/01/05/20210105-211109-5ff474208ede482466604082.jpg?t=o&v=770)
Tahun baru 2021 tahu-tahu sudah berjalan lima hari. Seperti mengalami deja vu, sulit bagi saya memisahkan kenangan sepanjang tahun 2020 uang kuga dowarnai dengan hujan berlimpah, tepat sejak hari pertamanya.
Kuingat setahun lalu, tanggal 1 Januari 2020 pagi, aku turun dari kereta di Stasiun Kereta Api Gambir, Â syok karena nggak ada transportasi menuju rumah.
Ternyata penyebabnya karena banjir sejak subuh, hujan besar nonstop, taksi nggak ada yang lewat plus macet total sejak tengah malam.
Setelah nunggu beberapa jam, aku "nemu" taksi yang baru masuk Stasiun Gambir. Saat itu dengan menumpang taksi burung biru, ongkosnya Rp280.000, aku senang dan lega sekali. Bayangkan  sebelum mendapatkan Si burung biru ini aku beberapa kali mencoba pesan yang online, tercantum harga Rp 450 ribu - sampai 500 ribu -- yang normalnya maksimum cuma Rp150.000an (dari sistem terteranya begitu).
Saat itu ternyata beberapa teman bloggerku pada pasrah karena rumahnya kebanjiran parah, ada yang balik dari liburan, mendapati kenyataan rumahnya sudah nggak kelihatan, sudah tenggelam dan di kawasan yang bersangkutan keadaannya gelap gulita tanpa aliran listrik. Akses ke rumahnya auto sulit.
Singkat cerita, orang masih merasakan dampak banjir (termasuk Mall Taman Anggrek yang sempat tutup beberapa minggu), tak dinyana di akhir Februari yang berarti baru bulan ke-2, mulailah masa pandemi yang sampai berganti tahun masih harus kita hadapi dan waspadai.
November 2020
22 November 2020 pukul 11.00wib-12.10wib
Ruang tamu yang selama ini baik-baik saja, mendadak "banjir" karena keguyuran air dari atap di sepanjang pinggiran atas tembok depan (mungkin saluran talang) selama hujan badai petir yang berlangsung sekitar satu jam.
Aku bersyukur ada tetangga sebelah (kuanggap malaikat penolong) yang langsung berjibaku menghalau air dari ruang tamuku.
Aku bersyukur atas "keberuntunganku" karena saat itu kejadiannya siang dan tetangga sebelah yang juga "tetangga dekat" pas ada di rumah.