Tentang berjalan,
tidak sesederhana itu, Kawan.
Tengoklah ke kiri, ke kanan, atau ke belakang.
Di manakah jejak kautinggalkan dari tempatmu semula?
Adakah kawan yang harus memacu lajunya?
Kenangan apa yang kau lepaskan, itu maumu.
Gundah memberat yang kausandang, pilihan atau paksaan?
Berjalan cepat,
Mungkin karena sehat.
Bergegas, mengejar napas.
Terseok, niat terbelokkan godaan manis.
Melangkah gontai, pertarungan belum usai.
Berjalan bukan tujuan.
Bila berjalan di atas kaki sendiri,
itu yang hakiki.
Benarkah, Kawan?
Berjalan dengan tongkat,
seribu kisah mencuat.
Tidak semua bayi, mampu berjalan hingga dewasa.
Namun Sang Pencipta mengasihi dengan cara-Nya.
Hidup sungguhlah misteri.
Bisikkan padaku rahasia-Mu.
Tunjukkan batu penjuru bagi langkahku.
Kadang aku merasa lelah, ampunilah.
![Metamorfosis dan aku | Foto: pixabay.com](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/10/29/fantasy-3522723-960-720-5db7ff0e097f362c7123fdc3.jpg?t=o&v=770)
Metamorfosis itu butuhkan waktu,
yang utama dan terutama,
sentuhan kasih-Mu.Â
:: Indria Salim ::
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI