Pengantar GoFood ini terlihat masih bocah, aku agak kaget.
Langsung kutembak, "Masih kuliah?"Â
Tebakanku betul. Semester lima di Universitas Swasta di Kebon Jeruk, Jurusan Desain Grafis
"Keren, Mas. Moga sukses kuliahnya. Bisa disambi ngojek?"
"Iya Bu, kalau pas lagi nggak ada kelas. Lumayan buat nambah uang jajan," jawabnya sambil tersenyum.
Tidak ada sikap berlebihan, tapi itu justru bikin aku terkesan.
Remaja kalem, tapi cekatan dan efisien.
Suaranya empuk, wajahnya berjerawat khas remaja tapi tetep kiyut. Aku serasa bicara dengan ponakan.
Berulang kali salam kesempatan berbeda, kuungkapkan kesan yang sama, 97% pengantar pesanan GoFood selalu membuatku seketika mendoakan kesejahteraan dan kemajuan kehidupan mereka.
Sementara itu, kita semua menyaksikan dari televisi, atau membaca dari berita atau media sosial tentang merebaknya demonstrasi yang semula diinisiasi oleh mahasiswa, berkembang semakin tidak jelas. Pelajar SLTA, STM, ada yang SMP, ada pula yang seragamnya saja yang menunjukkan simbol almamater, atau SMA, menambah kacau dan bingung masyarakat.Â
Mereka berdemo tanpa mengetahui tujuan aksi itu. Lha dalah!
Usut punya usut setelah ada yang ditangkap aparat, mereka mengaku diajaklah, disuruhlah, dijanjikan akan dikasih uanglah. Menyedihkan.
Yang dewasa dan berpengetahuan, atau punya kekayaan selayaknya mengarahkan remaja dan anak-anak pada hal yang baik, bukan memanfaatkan dan menjerumuskan untuk kepentingan diri.
Anak muda dan yang lebih muda butuh bimbingan dan keteladanan.
Sedih melihat remaja yang "terbawa kerumunan", apalagi karena terpikat iming-iming "uang jajan sekadarnya" tampak liar dan dengan "kepala maupun perut kosong" meneriakkan yel-yel yang mereka sendiri tidak pahami, lalu meredup dan ciut di kantor polisi.
Jika ada yang membela mereka pun sayangnya dilakukan lagi-lagi untuk kepentingan yang bukan sepenuhnya  kepentingan anak-anak tsb.