Namanya juga publik, ada yang awam dalam dunia kepenulisan maupun blogging. Ada pula yang mengenal dengan baik, mengapresiasi, dan menyukai bacaan di Kompasiana, namun ada juga yang sedikit meremehkan meskipun rajin membaca artikel-artikelnya. Itu bila bicara tentang tingkat popularitas Kompasiana.
Satu hal yang membuat saya agak terkesan, tidak semua profesional dan kaum terpelajar berani menulis di Kompasiana. Mereka kadang-kadang membaca Kompasiana, atau membagi artikel menarik di akun pribadi media sosial mereka dan mereka adalah teman-teman yang saya kenal pastinya mampu menulis.Â
Mereka mengungkapkan apresiasi atas kegiatan saya di Kompasiana, atau bersama Kompasiana. Mereka ingin menulis juga, namun saat saya semangati agar setidaknya mencoba menulis di Kompasiana, beberapa mengatakan, "Belum berani. Tidak berani. Nggak pede, Nggak tahu apa yang akan saya tulis."
Dalam kegiatan keseharian, saya bertemu orang-orang yang awam dalam kepenulisan. Itu karena latar belakang mereka yang fokus pada kebutuhan hidup serta pendidikan yang beragam.Â
Saat saya memotret, atau bertanya ini itu, saya sampaikan alasan mengapa saya lakukan itu -- yang adalah untuk menjadikannya ide menulis di Kompasiana.Â
Mereka berubah lebih antusias dalam merespon interaksi kami. Ada yang lalu menjadi lebih terbuka, ada yang lalu memberi "jalan dan fasilitas", ada yang bertanya bagaimana cara bisa menulis, juga khususnya menulis di Kompasiana.
Punya naluri penjual obat di pasar, tentu saya bersemangat menceritakan keasikan dan manfaat yang saya dapatkan dengan setia menulis di Kompasiana.
 Ada yang kemudian saya ketahui membuat akun di Kompasiana, walaupun saya lihat sampai kini belum ada tulisannya.Â
Dalam hal ini saya bahkan mengatakan akan membantunya melihat tulisannya sebelum diunggah di Kompasiana, meskipun saya lebih menekankan pentingnya menulis dengan percaya diri, terlebih bagi teman yang saya kenali hasil tulisannya.
Beberapa artikel saya menceritakan tentang orang-orang yang saya temui tanpa rencana, lalu tidak keberatan bila perbincangan kami dijadikan tulisan di Kompasiana. Berikut ini beberapa contohnya.
Bunga-bunga Anggrek dan Generasi Z -- Aspirasi dan KemandirianÂ
Beli yang Perlu, Manfaatkan yang DibeliÂ
Namaku SadermonoÂ
Proses Kreatif K-er Sellyn Menulis Cerpen (Indria Salim, 2015)