Limbuk terkantuk-kantuk. Secangkir kopi menjadi saksi percakapan sunyi. Limbuk mulai mendengkur, lelap tertidur. Secangkir kopi menjadi saksi, ruh melayang ke alam mimpi.
*
Kemenangan itu semu.
Kerumunan pecundang gegap gempita mencabik kemanusiaan.
Muda perkasa dalam gerombolan, terbirit bila sendiri.
Ratusan pasang mata tanpa nurani.
Jadikan satu nyawa seharga umbul-umbul semata.
Jalma tertinggi sebatas sosok nir budi.
Mesin penggilas peradaban,
Beringas, ganas ciptakan nahas demi nahas.
*
Kau korban, kami pahlawan.
Kau pandir, kami pemikir.
Kau pendosa, kami pengawal gerbang surga.
Dia penista kitab Sang Dewa, maka kau mesti binasa.
Telan saja.
*
Kami berhak menamatkan lembar kisahmu.
Jangan pertanyakan itu, mau kami -- aku, aku, aku.
Aku mengambil hakmu, kami mau -- aku, aku, aku.
Korupsi? Itu penyelamatan uang pajakmu oleh kami.
Wacana? Akui saja kepakaranku -- menggantang laut di udara.
Telanlah.