***
Kulihat dua pihak (pembeli dan penjual) tampak sungguh-sungguh berekspresi, tidak ada pretensi. Pun begitu saat aku membeli, Penjual tampak sangat berterima kasih, terus terungkap sedikit dari pertanyaanku yang sambil lalu, bahwa dia dan suami jualan roti ini sampai kurang tidur. Katanya, "Pas saya bikin kue, suami ngurus anak. Pas suami bikin kue, saya jualan, atau tidur."
Dia tampak tulus menjawab, "Ibu juga, ya, jaga kesehatan." Dari caranya memandangku, dia seakan berkata, "Ibu juga hidup dalam perjuangan."
*Ah, apa aku sama pengharunya dengan penjual kue itu?*
Btw, kue pie susu bikinannya enak, sepotong Rp 5.000,- pun beragam rotinya.
Saat itu sebuah monolog terlintas di benak, jangan pernah menertawakan, atau meremehkan etos "Kerja, Kerja, Kerja", kecuali mengingkari fakta bahwa dari buruh pengumpul sampah sampai Presiden dan para menterinya pun memang harus bekerja keras dan sungguh-sungguh. Dari yang paling sederhana atau sepele, semua bekerja berdasarkan gagasan, aspirasi, cita-cita, tujuan hidup, sampai yang sudah menjadi kebijakan.
Jangan pernah membuat rakyat pesimis, apalagi bila dengan cara menebar kabar bohong. Rakyat mana pun bekerja keras, dan mereka perlu pemimpin yang memberi semangat dan mengajak bangsanya optimis, meskipun harus realistis. Wacana kosong, pesimisme, dorongan membuat kabar bohong dan palsu -- mending disimpan saja di jurnal pribadi, kecuali bila itu "hobi atau profesi".
Salam Kompasiana Beyond Blogging - | Indria Salim |