Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan yang Terserak dari Jalan (1)

20 April 2018   07:47 Diperbarui: 20 April 2018   08:56 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wilayah Serpong Nan Luas dengan Jalan Lebar |Foto: Indria Salim

Supir Angkot yang Baik Hati

Pada suatu hari saya ingin pergi ke Pasar Sinpasa yang berlokasi di dekat Sumarecon Mal Serpong (SMS). Saya nebeng tetangga sebelah yang untuk menuju ke kantornya melewati lokasi tujuan saya. Sampai di perempatan di dekat SMS, saya turun dan untuk ke lokasi saya hanya perlu menyeberang. Saya berdiri di depan zebra cross. Jalanan di wilayah Serpong itu sungguh luas, entahlah saya tidak pandai membuat perkiraan berapa lajur jalanan itu, mungkin satu jalurnya bisa meliputi setidaknya 4 mobil. Di situ jalanannya adalah dua arah dengan sekat di tengahnya.

Situasi pukul 07.45wib sebenarnya tidak terlalu padat, namun kendaraan tidak pernah berhenti mengalir dan rata-rata lewat dengan keccepatan lumayan tinggi. Selang beberapa saat sebuah angkot berwarna kuning bergaris ungu tua melewati saya dan melambatkan kecepatannya. Sopir melongok, menyebutkan lokasi tertentu. Saya menggelengkan kepala.

Setelah hampir 15 menit saya berdiri di tepi jalan zebra cross, angkot itu tidak juga beranjak. Sopirnya sempat dua kali meyakinkan diri bahwa saya memang tidak akan naik angkotnya.

Di sana tidak ada satupun yang menyeberang jalan. Lalu, sopir itu bertanya dengan agak berteriak, "Mau ke mana, Bu?"

Saya menunjuk ke arah seberang jalan. "Ke sana," saya tersenyum tipis.

Saya tetap memperhatikan jalan dari arah kanan di mana lalu lintas berasal. Saya baru menyadari, dari semua arah lampu di perempatan itu mati, seakan sekadar hiasan pelengkap jalan. Sayangnya di sana tidak ada jembatan penyeberangan.

Saya memutar otak untuk menemukan cara ke tempat tujuan. Saya berpikir, "Masa saya harus naik angkot dulu, lalu balik lagi naik angkot yang sama dengan jalur yang di seberang jalan."

 Baru mikir-mikir begitu, dari arah kiri saya yang berarti dari tempat angkot itu berhenti, seorang laki-laki berusia setengah baya menghampiri saya. Baju kotak-kotaknya rapi, pun rambutnya -- seperti seorang pekerja di tempat sekitar.

"Mau menyeberang, Bu? Mari sama saya."

Begitu jarak kami agak dekat, dengan mudah dia melangkah menuju ke tengah, sambil meminta jalan kepada kendaraaan yang lewat. Tidak ada mobil atau kendaraan lain yang mengerem mendadak. Semua dilakukan dengan tenang. Beberapa langkah ke tengah, tangannya terulur seperti mau membimbing saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun