Ceritanya, saya sakit flu. Tapi sekujur tubuh terasa ngilu. Ada balsem, antibiotik, wedang jahe, minyak kayu putih, nasi capcay, bubur ayam, semua tidak membuat badan nyaman. Setelah bersakit-sakit melulu selama sepuluh hari lamanya, dan akhirnya -- byar, mata berpendar. Selera makan kembali cethar.Â
Memang, antibiotik harus diminum sampai habis. Juga teman-teman obat lainnya. Sungguh terasa bedanya. Ketika badan kembali bugar, penyakit terpental, makan sayur asem serasa sup telur kaviar. Sepuluh hari saya terpuruk, dan itu membuat saya tidak menginginkan apapun selain kesembuhan total. Kompasiana menjadi pemicu, memacu semangat yang sempat patah. Saya ingin kembali menulis, menghibur diri sendiri, menertawai kesialan pribadi, menghardik pesimisme, mencandai imajinasi terkini. Kepada pembaca, maafkan saya. Saya sedang menulis apa saja, demi hati ceria.
Inilah wujudnya.
Tumis buncis lezat dan nikmat
Perut kenyang hati senang
Menangisi nasib sungguh berat
Bayangkan dunia sudah kiamat #bingung
Belum mandi datang ke pesta
Nggak dinyana ketemu Sang idola
Sesal diri tiada guna, Sang idola palingkan muka #gemblung
Saat laper lirik lemper, kuingat siluetku yang bunder.
Saat haus tergoda Es Degan, kubeli seharga ceban. #gemblung
Duduk-diam-ngantukÂ
Diam-mikir-capek
Waktumu bukan waktuku.
Waktu terus berjalan.
Kaubisa berhenti, waktu terus maju. #hampirsembuh
Lihat foto langit 2 minggu lalu,
baru kusadari,
ku tdk ingat siapa saja teman sebarisku di pesawat
Kompasianer mengudara dalam acara istimewa
Namanya Danone Blogger Academy
Maafkan aku, kawan-kawan.
Ku menjadi pelupa sesaat
Menggigil tak bisa kutolak
Udara nan hangat serasa tiupan angin dari Alaska
#IAmDory