Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pribadi yang Berkarakter Kepahlawanan

10 November 2016   20:18 Diperbarui: 10 November 2016   21:09 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Forum Silaturahmi Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Lintas Generasi melaporkan Ketua Umum Partai Demokrat -- SBY ke Bareskrim Mabes Polri,Jakarta pada hari Kamis (10/11/2016). Koordinator forum Alumni HMI, Mustaghfirien menjelaskan penilainnya bahwa dalam pidato SBY di Cikeas pada hari Selasa (2/XI/2016) itu, kalimatnya telah memprovokasi masyarakat yang ingin melakukan aksi damai untuk berbuat anarkistis.

Seperti senada, Adhel Setiawan – Sekretaris Forum Alumni HMI menduga kalau pidato SBY memprovokasi kerusuhan ketika aksi damai. Menurutnya,penangkapan terhadap kader HMI pasca-demonstrasi tidak terjadi jika tak ada provokasi.

Pelaporan di atas terkesan lempar tanggung jawab. Aneh! Bukan mustahil bahwa andil dalam memeriahkan hajatan adalah keputusan masing-masing. Motifnya juga belum tentu sama. Kalau memang niat baik, diprovokasi bagaimanapun ya bergeming. Semoga kesan itu salah, toh ini hanya kesan. Tampaknya keputusan melakukan pelaporan menjadi trend strategis banyak pihak terkait situasi politik Indonesia saat ini. Pihak yang satu menunggangi lainnya, sementara pihak yang memiliki kedekatan misi dan tujuan tertentu – seakan menutupi tindakan antar sesama.

Menggelikan sekaligus memprihatinkan. Apakah hal seperti itu yang dibutuhkan oleh negara? Apakah mereka mengenal dan belajar menjadi sosok dan elemen masyarakat dalam semangat kepahlawanan? Mungkin dalam hal ini mereka perlu diingatkan kembali, tepatnya kita semua perlu mengingat kembali bagaimana negara Republik Indonesia lahir atas pengorbanan darah, keringat, dan pengabdian intelektual para pahlawan bangsa yang mendahului kita. Mungkin sebenarnya masih banyak pahlawan-pahlawan di negeri ini yang masih cinta negara, bercita-cita sejahtera bersama-sama.

Kembali ke peristiwa terkini terkait demo dan pasca demo 4 November. Kalau saja tidak ada yang dilaporkan atau disorot kelakuannya dalam menghina simbol negara (Presiden), ya AD, ya FH, entah siapa lagi -- paling mereka semakin masuk mendesakkan keinginan yang memakai alasan demi ini, demi itu kecuali demi tetap tegaknya NKRI.

Begitu satu persatu dibacakan catatan kelakuannya, pada main dulu-duluan melaporkan pihak lain, bahkan bila yang dilaporkan termasuk orang yang keberatan dengan kelakuan hebat mereka -- dalam hal ini AD yang berniat melaporkan BARA(JP) -- pihak yang justru tidak terima Presiden dihina.
Anak SD (yang cukup cerdas) saja tahu membedakan mana baik, mana jahat, mana pura-pura baik, dan mana sengaja berteriak baik untuk pembenaran kejahatan.

Ini orang dewasa, mahasiswa, mantan kepala negara, elite lembaga perwakilan rakyat, pengemuka agama, ibu-ibu beriman, semua memamerkan kebanggaan menjadi pembela sesuatu yang ONLY GOD KNOWS WHAT.

Kalau saja ada kesuksesan dalam upaya hajatan 4 November yl,pasti mereka akan saling berebut mengklaim diri sebagai pahlawan, dan merebut hadiah sesuai harapan. Lalu siapakah sosok pahlawan di sekitar saya? 
Dengan cepat dan tidak muluk-muluk, saya bisa menyebutkan salah satunya – para tukang bangunan yang bekerja tanpa keluh, meskipun badan mereka kuyup berpeluh demi menyelesaikan pekerjaannya sesuai komitmen dengan yang mengupahnya. Mereka kesampingkan kesenangan bercanda dengan teman-teman sekerja, karena yang bersangkutan tidak mau kena celaka akibat tidak bekerja dengan fokus. Di rumah masing-masing, mereka serahkan sebagian besar upah yang didapat untuk anak dan isteri, dan cukup bahagia dengan pendapatan yang dikumpulkan dari hari ke hari.

Salah satu dari mereka berkata, “Kalau minta saya yang mengerjakan perbaikan rumah bapak/ibu, yang penting ada saling percaya. Saya akan mengupayakan harga yang lebih ekonomis untuk biaya cekak pemakai jasa saya, dan itu sudah termasuk pertimbangan memberikan kualitas barang dan pekerjaan yang terjamin. Bagi saya, yang penting kelangsungan pekerjaan saya,jadi bukan semata meraih keuntungan segunung lalu mengecewakan pemberi order –dan itu artinya saya tamat sebagai pekerja yang berguna.”

Menurut saya, pekerja yang seperti ini setidaknya adalah pahlawan keluarga, dan pahlawan masyarakat. Dia aktif bekerja mencari penghidupan halal dan jelas tujuan dan manfaatnya. Dia tidak merugikan siapa-siapa. Dia menolong dirinya sendiri untuk mandiri sesuai kemampuan, dalam koridor nilai dan norma kewarasan akal budi. Selamat Hari Pahlawan!

NKRI tetaplah kukuh sebagai bumi dan rumah jiwa bangsa Indonesia. | @IndriaSalim |

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun