O, the rainy Sunday
You have brought me some mixed colors of those old days
Oh, the rainy day
You always melt my toughest life
The rain, those days, and one Sunday
How could I be runnin' away?Â
July 3rd -- the rainy Sunday of mine
*) Catatan: Dulu aku sering membatin, 'I can't live without musics.'
 Musik bagiku adalah sahabat paling setia dalam peringkat yang sama dengan secangkir kopi yang mengepulkan uap khas kopi ; bacaan & buku pilihan; dan keheningan. Hujan -- baik itu rintik-rintik ataupun hujan deras, entah bagaimana membawa suasana mendadak hening, juga pada saat aku menulis catatan ini. Hujan meluruhkan debu yang menyelimuti kota, membasuh dekil endapan kotoran di mana-mana, dan melegakan mereka yang berjalan dalam dahaga. Hujan menepis keraguan akan kekeringan dan tanah retak tak bisa dielak. Hujan menyuarakan keriangan dalam caranya sendiri. Maka musik lembut dan hangat yang jazzy dari radio bututku mendadak terkalahkan pesonanya oleh gemertak air hujan.  Seketika, ada hening dalam keriuhan nyanyian Sang Alam.
Kembali pada sederet nama yang kusebutkan sebagai sahabat setiaku. Dalam perjalanan waktu, ternyata musik; secangkir kopi yang menguarkan aroma wangi khas kopi; bacaan & buku pilihan telah menjadi semacam sekutu. Mereka berkonspirasi, bersinergi, dan mewujud menjadi sebuah percikan gagasan agar bisa kuungkapkan dalam goresan pena.
Lalu, aku mengenal Kompasiana -- sebuah blog jurnalisme warga yang memfasilitasi pengguna untuk menulis apa saja, khususnya yang berguna dalam mengasah rasa, menggenggam asa, dan berbagi cerita. Begitulah awalnya, maka catatan hari Minggu ini tersaji di sini.
Salam Kompasiana. | @IndriaSalim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H