Saya pernah bekerja di sebuah lembaga internasional kemanusiaan. Secara berkala saya harus mengadakan serangkaian acara penjangkauan (outreach program) di berbagai wilayah di Indonesia. Untuk menjamin kelancaran dan pelaksanaan yang ketat jadwalnya, seringkali acaranya diadakan dalam rangkaian perjalanan berurutan selama 7-10 hari.
Singkatnya, kami harus mengunjungi 4-5 kota tujuan dalam periode tersebut. Nah, bisa dibayangkan bagaimana kami sangat tergantung dengan ketepatan waktu jadwal penerbangan, sekaligus kenyamanan dan keamanan selama perjalanan. Untuk itu, kalau tidak sangat terpaksa, hampir bisa dipastikan kami memilih memercayakan hal ini hanya kepada Garuda Indonesia.
Sependek pengalaman saya, Garuda Indonesia sangat jarang mengalami delay. Pernah ada delay sekali dalam puluhan kali penerbangannya, namun penumpang diberitahu alasan yang jelas tentang penyebab penundaan. Saya memahami situasinya saat delay, yaitu demi keselamatan penerbangan dan penumpangnya.
Saya punya beberapa catatan konkrit dan mengesankan soal ketatnya Garuda Indonesia memastikan keamanan penerbangannya. Itu sebabnya tidak berlebihan kalau Garuda Indonesia menegaskan prinsip “NO SAFETY, NO SERVICE”.
Untuk urusan pekerjaan, kami lebih suka memilih jadwal penerbangan pagi. Alasannya agar setiba di tempat tujuaan kami bisa langsung mempersiapkan tugas terkait acara. Kalau lokasi jauh dari keberangkatan, kami punya waktu yang cukup untuk check in di hotel segera sesudah pesawat melandas di kota tujuan.
Sebaliknya, kami bisa bergegas ke Bandara segera sesudah makan pagi di hotel. Di sela-sela acara resmi, kami menyempatkan diri memadatkan periode 24 jam, mengintip keindahan alam khas sekitar wilayah setempat.
Waktu bagi tim kerja kami adalah reputasi dan pencapaian kerja sesuai rencana. Sebagai contoh, kami pernah melakukan serangkaian kunjungan dengan rute Jakarta-Medan, Medan-Padang, dan berakhir dengan Padang-Jakarta.
Jakarta-Medan kami tempuh selama 2 jam 25 menit. Sudah menjadi cita-cita kami kalau ke Medan wajib mengunjungi keelokan danau Toba. Berlima termasuk sopir mobil sewaan, kami mengelilingi kota Medan, dan setelah sore, melanjutkan perjalanan ke Parapat sejak selama 4 jam lebih. Di tengah perjalanan, sopir membawa kami ke sebuah restoran masakan Padang, dan di sana kami puas dengan makan yang lezat.
Sampai di Parapat, kami menginap di hotel yang lumayan murah tapi bersih dan berada tepat di depan Danau Toba. Di keremangan subuh, kami semua sudah bangun untuk sarapan, dan jalan-jalan di seputar hotel. Hamparan air danau yang berkilau dengan cahaya putih keperakan bertaut dengan embun pagi yang menggantung, menciptakan ujud air terjun raksasa berwarna putih susu yang membeku.
[caption id="attachment_269660" align="aligncenter" width="300" caption="Indahnya danau Toba, Sumatera Utara (Foto: Koleksi Pribadi)"][/caption]
Pagi itu juga kami kembali ke Medan melalui Berastagi. Ternyata Berastagi memang menawan hati dengan deretan kebun sayur mayur hijau segar, dan semarak pohon "jeruk Medan" siap panen. Kami juga mampir di air terjun Sipiso-piso, mengagumi keunikan tempat ini dari kejauhan. Di kawasan air terjun yang menampilkan sisi lain Danau Toba, kami seperti anak kecil yang kegirangan menyambut hujan yang mendadak turun di tengah teriknya sinar mentari. Seru!
[caption id="attachment_269661" align="aligncenter" width="300" caption="Air Terjun Sipiso Piso, kebanggaan Sumatera Utara (Foto: Pribadi)"]
Kembali ke Medan, langsung ke Bandara Polonia dan terbang lagi dengan Garuda Indonesia menuju Padang. Ini adalah 70 menit yang seru, namun begitu kami sempat bekerja dengan laptop yang sengaja kami bawa ke kabin.
Di Padang kami merambat ke Payakumbuh, yang berjarak tempuh 2.5 jam dengan mobil. Kami menikmati hamparan sawah yang diapit oleh dua tebing tinggi, ini ada di Taman Nasional Lembah Harau. Tentu saja kami tidak lupa memborong rendang telur, makanan ringan khas Payakumbuh.
[caption id="attachment_269687" align="aligncenter" width="300" caption="Mengagumi lukisan alam Ngarai Sianok, Lembah Harau sambil berwisata kuliner -- *Koleksi foto pribadi"]
Kami kembali ke Jakarta dari Bandara Minangkabau, Padang. Penerbangan pagi berdurasi 1 jam 50 menit yang penuh saya lewatkan dengan menikmati indahnya garis pantai, pegunungan dan Gunung Kerinci. Memang, sebisa mungkin saya memilih window seat untuk kemewahan maksimal terbang dengan Garuda Indonesia. Hidangan sarapan pagi khas Garuda Indonesia juga satu hal yang selalu saya nantikan. Ada sensasi dan kenikmatan khusus menyantap menu dalam porsi serba mungil, hangat, dan lezat.
Kali lain, kami mengandalkan Garuda Indonesia dalam perjalanan dinas Jakarta-Surabaya, Surabaya-Makassar, Makassar-Jakarta.
Penerbangan Garuda Indonesia dengan rute Jakarta-Surabaya kami tempuh selama 75 menit. Setidaknya ada 3 puncak gunung berapi yang sempat saya nikmati keindahannya seperti tampak dari kursi saya, yaitu Gunung Merapi (Jawa Tengah), Gunung Sindoro-Sumbing (mungkin), dan Gunung Bromo. Sayang saya tidak sempat mengabadikannya dalam bidikan foto.
Kami menginap dua malam di salah satu hotel di Surabaya. Pada malam hari setelah acara resmi berakhir, kami keliling dengan taksi, ke beberapa lokasi menarik di Surabaya, antara lain Gang Dolly yang heboh itu. Meneropong dari jalan boleh kan? Tak lupa kami menikmati rawon setan di depan Hotel JW Marriot yang kata supir taksinya sangat terkenal. Rawonnya memang istimewa, kuahnya coklat kental karena perpaduan antara biji kluwak dan kaldu daging asli. Sangat menggugah selera, slurpy -- yummy deh.
Dari Surabaya kami menuju ke Makassar dengan Garuda Indonesia selama satu setengah jam. Selama di udara, kami mendapatkan minuman teh dan kopi panas. Penumpang lain memilih jus jeruk atau susu segar dingin yang ditawarkan oleh seorang pramugari sigap dan ramah. Kemudian lunch box berisi nasi goreng lengkap dengan krupuk udang dan salad, serta sebuah pudingcoklat karamelyang memberi rasa segar setelah menghabiskan nasi dan lauk pauknya. Oh ya, di pesawat saya sempat menghabiskan dua cangkir kopi panas. Saat itu mungkin saya ngantuk, atau memang menyukai kopinya.
[caption id="attachment_269775" align="aligncenter" width="300" caption="Sebuah sudut kota Makassar, dan gajebo di restoran seafood di pinggir pantai - *Foto koleksi pribadi*"]
Oh ya, saya salut dengan konsistensi maskapai penerbangan ini dalam menjaga kebersihan dan kenyamanan interior dan perlengkapan pesawatnya. Seorang teman bercerita, dia kesal dan terganggu dalam penerbangan oleh maskapai lain, karena entah kursi atau ruangannya saat itu yang berbau apek dan mirip kaus kaki busuk!
Garuda Indonesia, tetaplah menjadi kebanggaan bangsa Indonesia dengan selalu membenahi dan meningkatkan kualitas pelayananmu!
*Tulisan saya berikutnya adalah tentang perjalanan pribadi dengan Garuda Indonesia*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H