[caption caption="Hidup Jujur dan Sederhana: Penjual Bakso | Foto: Indria Salim"]Maka aku di dunia, jalankan kehendak Allah
Kumengerti bila aku tak selalu paham
Apa yang ada, itu kuterima
Kukenal ibukota karena ayah
Sekolah Dasar kelas lima,
Itu jejak sekolah
Sudah.
***
Di depan masjid Istiqlal, kubantu ayah
Mengadu nasib ‘tuk rezeki halal
Dua ratus mangkok bakso kami jual
Bahagiakan pekerja tak berbekal
Tunaikan hari, melawan himpitan sengal.
***
Aku bukan seorang tamatan sekolah
Entahlah
Umurku bukan sosokku
Kau lebih tua dariku
Karena legam kerutan wajahku
Kau tua dan dewasa
Tak kulihat kau bijaksana
Bermain, bercanda, berdusta
Dan tak suka bekerja
Heranku, engkau kaya dan jumawa
Paman bilang, kau wakili kami
Paman bilang, kau berjaya tersebab kami
Entahlah
Kujual bakso di gang Panjul
Bila mucul Si begajul
Dagangan habis diminta gratis!
***
Dua puluh tahun tidak mudah
Tanpa ilmu, pun ijazah
Istriku tak henti menyesah
Batu sungai di desa, temannya berkeluh kesah
Istriku, aku merindu
Untukmu, aku meninggalkanmu
Sudahkah terima kabar baikku
Pekan lalu usahaku maju
Dua ratus mangkuk bakso kuracik
Itu tidak selalu.
***
Istriku, katakan pada anakku
Ayahnya menabung rindu
Sampaikan senyum dan doaku
Buah hati kekuatanku
Anakku, semata wayangku
Harapan kita merajut asa
Untuk dia, kita bahagia
Bersama.
***
Aku, Sadermono
Sakdremo, itu jalan hidupku
Sakdremo, pelita langkahku
Sakdremo ngadep ing kersaning Allah
Sakdremo. | @IndriaSalim