Mohon tunggu...
Indrian Koto
Indrian Koto Mohon Tunggu... -

Masih saja Katrok, jelek, item, ompong, sudah tak terlalu kurus lagi, sudah tak gondrong lagi, gak pake anting lagi, gak norak lagi, tetapi masih pemalu dan tetap takut menyeberang jalan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kepada yang Sudah

6 Desember 2011   14:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:45 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

akan ada waktunya aku pulang
tergagap mengenangmu
meraba jalan yang menyimpan sisa kenangan.
setiap yang menua, dilapisi aspal baru.
di mana lagi bisa kutemukan
riwayat kita?

aku tak pernah mampu untuk biasa,
keluar rumah tanpa menemukan bibirmu yang manisnya lekat
sampai kini di ujung lidah. aku kelewat gamang
duduk bersama kawan-kawan yang
menggunjingkan cinta yang gagal
dan menatapku penuh kutukan.

aku tak pernah mencelakaimu, bukan?

akan ada saatnya rinduku begitu penuh,
mengutuk diri dan sepenuhnya menyesali.
mestinya kau masih di sini, memberi lebih banyak
manis dalam hidupku yang terlampau galau.

ada kalanya lelaki memiliki rahasia kecil
yang dijaga kelewat hati-hati. orang-orang memanjat gunung
merenangi laut, menyuruk di dalam semak.
tapi aku tak sepenuhnya meninggalkanmu.

aku tak ingin pulang membawa kekalahan
tersudut dan dibiarkan sia-sia.
kau mestinya tahu, tak banyak yang kita harapkan
dari sawah-ladang. tak banyak pula yang mampu diberikan negara.
kita sepenuhnya bertarung dan berperang.
tak ada yang ingin terus-terusan dikalahkan.

selalu saja ada yang dirindu sehabis bertempur
setiap orang ingin rumah untuk pulang.
aku merasa begitu memerlukanmu.

aku hanya akan menjumpai dirimu yang membeku
mengabaikan hal-hal yang pernah ada
belajar terbiasa dan membiarkan aku
gugup menjalani kisah baru.

orang-orang akan memandangku penuh kutukan
melewati jalan yang menimbun banyak kenangan
membiarkan hati penuh oleh hujan.

hatimu mungkin masih yang dulu
tapi tubuhmu terus dimiliki sepanjang waktu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun