Berhati-hatilah...Â
Mungkin itu yang harus kita lakukan saat ini, baik saat menerima telepon, video call maupun menerima pesan di ponsel kita. Apalagi yang meminta data pribadi. Bagaimana tidak, seorang teman dalam sebuah grup WA mengaku sangat panik.Â
Pasalnya, dia menerima video call dari seorang yang mengatasnamakan polisi dan menyebut jika KTP nya disalahgunakan untuk pembelian narkoba. Teman tersebut mengaku panik, pasalnya dia pernah kehilangan dompet di Bandung pada 2019.
Penipu yang mengatasnamakan polisi itu dengan sangat meyakinkan, meminta untuk dilakukan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) secara online dan bersikeras meminta Nomor Induk Kependudukan (NIK) teman tersebut. Teman yang panik pun menyebutkannya. Â Belakangan baru ia sadar, jika pihak kepolisian tak mungkin melakukan pemeriksaan secara online.Â
Ia pun bergegas memblokir ATM. Ia khawatir data yang ia berikan disalahgunakan. Ia juga melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian.Â
Rasanya wajar, saat ini kita perlu berhati-hati dalam memberikan data pribadi. Data-data pribadi maupun alamat lengkap, jangan mudah diumbar di media sosial maupun diberikan ke sembarang pihak.Â
Ingat kejadian di Garut, yang mana ratusan ibu rumah tangga menjadi korban pinjaman fiktif. Â Padahal para ibu tersebut tak pernah mengajukan pinjaman. Dugaan saya, data pribadi para ibu tersebut disalahgunakan pihak yang tidak bertanggung jawab.Â
Bukan tidak mungkin, jika hal itu bisa menimpa kita juga. Untuk itu, perlu berhati-hati dalam memberikan data pribadi di media sosial. Data kependudukan, data biometrik haruslah disimpan rapat-rapat tak perlu diumbar.Â
Selain itu, kita juga perlu mengamankan akun media sosial kita dengan verifikasi dua langkah. Mungkin kita sering menemukan akun WhatsApp yang diretas, itu karena yang bersangkutan tidak menggunakan verifikasi dua langkah.Â
Waspada saat terima file