Keberhasilan suatu bangsa dapat dilihat dari sumberdaya manusia yang berkualitas. Bagaimana bangsa melahirkan generasi-generasi yang sehat, cerdas, dan produktif, yang akan dapat menata negara lebih baik. Sumberdaya manusia tidak lepas dari adanya suatu sumberdaya alam. Ketika sumber daya alam yang tersedia cukup melimpah bagi suatu bangsa, tapi ketika tidak tersedianya sumber manusia yang tangguh dan mumpuni, akan sulit didapatkan keberhasilan dalam membangun bangsa yang hebat. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang hebat tidaklah mudah, banyak faktor yang menjadikan keberhasilan tersebut. Waktu yang ditempuh untuk mencetak generasi kuat juga membutuhkan waktu yang tidak singkat. Mulai dari masa produktif seseorang, masa kehamilan, kelahiran, bayi, serta hingga masa remaja, membutuhkan asuhan yang tepat agar dapat mewujudkan cita-cita yang diinginkan pada suatu bangsa. Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi. Bangsa yang hebat adalah terlahir dari generasi dengan gizi yang tepat.Â
Salah satu faktor untuk mencetak generasi yang hebat memang salah satunya adalah gizi. Tidak bisa dipungkiri bahwa gizi memang menjadi suatu pondasi bagi keberlangsungan suatu kehidupan yang berkualitas dan sehat. Gizi berperan pada pembentukan tubuh, menjalankan fungsi organ tubuh agar normal dan optimal. Tanpa adanya gizi yang baik, akan terjadi kelainan dan suatu penyakit yang akan mengakibatkan generasi yang buruk. Pemenuhan gizi pada satu periode saja dapat berakibat fatal dimasa mendatang. Manusia yang sehat dan kuat, dapat menjadikan produktivitas yang tinggi, pikiran yang cemerlang, perkembangan motorik yang bagus dan dapat melakukan hal-hal yang dapat membangun suatu bangsa dengan baik. Ketika status gizi pada manusia rendah, diakibatkan kurangnya produktivitas, perkembangan motorik yang lambat sehingga mengakibatkan tidak berfungsinya otak untuk berfikir cemerlang.
Faktor kecukupan gizi pada suatu individu dipengaruhi oleh suatu kecukupan konsumsi pangan dan kondisi pada keluarga. Terdapat penyebab langsung dan tidak langsung yang mendasari kecukupan gizi diantaranya kecukupan makanan dan keadaan kesehatan yang menjadi penyebab langsung, kemudian untuk penyebab tidak langsung diantaranya ketahanan makanan keluarga, asuhan ibu dan anak, sanitasi lingkungan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Adanya faktor tersebut akan berpengaruh pula pada tumbuh kembang anak, walaupun status gizi baik tetapi faktor lain tidak terpenuhi akan menjadikan sesuatu yang tidak seimbang. Hal yang paling mendasar dalam pengaruhnya terhadap perkembangan anak diantaranya adalah struktur politik dan ideologi serta struktur ekonomi yang dilandasi oleh potensi sumberdaya. Selain itu, berbagai faktor ekonomi juga memiliki pengaruh terhadap perkembangan anak sekaligus pemenuhan zat gizi. Faktor sosial ekonomi diantaranya adalah dari segi pendidikan, budaya masyarakat, pekerjaan, teknologi, dan pendapatan keluarga. Faktor sosial ekonomi berinteraksi satu dengan yang lain sehingga mempengaruhi masukan zat gizi dan infeksi pada anak. Pada akhirnya, zat gizi yang tidak tercukupi akan berakibat pada terganggunya kesehatan yang pertumbuhan.Â
Faktor ekonomi menjadikan dasar adanya penyebab langsung pada ketersediaan zat gizi. Dimana jumlah dan kulitas makan yang dikonsumsi pada suatu keluarga ditentukan oleh tingkat pendapatan keluarga. Ketika pada keluarga yang memiliki pendapatan rendah yang mengakibatkan status ekonomi juga buruk, akan mempengaruhi pemilihan bahan makanan yang akan diolah dan mempengaruhi jumlah makanan yang seharusnya dikonsumsi. Keluarga yang memiliki tingkat ekonomi rendah cenderung memberikan asupan yang kurang gizi seimbang. Bahkan dapat menjadikan suatu keluarga tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan, sandang, pangan, dan papan. Namun, faktor ekonomi yang tinggi juga tidak selamanya berdampak baik bagi status gizi. Dimana mereka dengan status ekonomi tinggi, mengakibatkan pemilihan makanan yang tidak terkontrol, asupan makanan yang melebihi kebutuhan. Sehingga banyak kasus dimana banyaknya anak yang memiliki status gizi berlebih bahkan obesitas karena asupan makanan yang banyak dikarenakan ekonomi yang mendukung, menjadikan kebebasan memilih makanan yang tidak sesuai atau tidak dibutuhkan oleh tubuh. Pendapatan yang tinggi juga tentunya memiliki konsekuensi dimana waktu untuk memperhatikan diri menjadi tidak optimal. Para pekerja yang memiliki ekonomi tinggi harus berhadapan dengan waktu kerja, yang dapat berakibat pada pemilihan makan. Mereka lebih mengutamakan praktis dibanding sehat. Orang tua yang sibuk bekerja juga akan berdampak pada asupan gizi anak karena kurangnya perhatian dan pemantauan. Anak akan mengonsumsi makanan yang diinginkan dan tidak terkontrol, dan untuk anak-anak akan cenderung memilih makanan yang tidak sehat seperti jajanan, manis, coklat, dan sebagainya apalagi ketika tidak ada pengontrolan dari orang tua.Â
Rendahnya pendapatan keluarga juga akan mempengaruhi pemilihan tempat tinggal keluarga, dimana pada status yang rendah mayoritas akan menempati papan yang sederhana dan berakibat pada hygiene sanitasi, lebih lagi jika lingkungan tempat tinggalnya yang memang sudah buruk, akan lebih memperburuk kualitas pada sanitasi. Hal ini akan berakibat pada air bersih yang digunakan. Jika pada lingkungan buruk namun masih ada mata air yang berkualitas masih dapat digunakan untuk sedikit menjaga kesehatan tubuh, namun ketika mata air tidak ada, sarana buruk, akan berakibat pada kebiasaan yang tidak baik seperti MCK yang tidak sehat, pembersihan bahan makanan yang tidak mengakibatkan bersih, serta pengonsumsian air minum yang tidak layak dimana akan memperburuk status kesehatan seseorang.
Faktor ekonomi juga berdampak pada pengaksesan pelayanan kesehatan, dimana masyarakat yang memiliki ekonomi rendah akan enggan untuk mengakses pelayanan kesehatan. Untuk hal ini sebenarnya pemerintah sudah menyediakan layanan kesehatan yang dapat dijangkau oleh semua golongan, namum memang kurangnya pemerataan pada semua kelompok. Belum lagi jalanan yang diakses tidak mendukung seperti jarak yang jauh mengakibatkan mereka yang berekonomi rendah tidak mampu untuk mengakses selain berjalan kaki atau mau tidak mau harus merogoh kocek untuk menggunakan transportasi umum. Hal tersebut menjadikan mereka tidak mau untuk mengontrol kesehatannya atau melakukan pemeriksaan kesehatan di tempat pelayanan kesehatan, dan umumnya hanya mengandalkan obat tradisional atau pengobatan oleh orang pintar setempat yang lebih terjangkau.
Jumlah anggota keluarga juga akan berdampak pada pemberian gizi di suatu keluarga. Dengan status ekonomi yang rendah dan jumlah keluarga yang banyak, mengakibatkan pemenuhan zat gizi kurang optimal karena pembagian untuk semua anggota. Semakin banyak anggota keluarga, semakin sedikit pemenuhan zat gizi pada suatu anggota keluarga. Hal ini juga disokong oleh adanya pengetahuan pada suatu keluarga. Keluarga yang memiliki tingkat ekonomi rendah namun memiliki pengetahuan tinggi tentang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat membantu stimulus perkembangan anak. Lagi-lagi pengetahuan yang berasal dari pendidikan juga dipengaruhi dari faktor ekonomi. Ekonomi yang kurang mengakibatkan pendidikan tidak tercapai atau rendahnya tingkat pendidikan. Namun, kondisi dimana status ekonomi tinggi juga tidak menjamin pendidikan yang mumpuni dimana pendidikan memiliki korelasi dengan pemilihan makan yang telah disebutkan sebelumnya. Ketika status gizi tinggi tapi tidak diimbangi dengan pengetahuan yang baik, akan berakibat pada status gizi yang buruk. Seperti ketika perekonomian yang memadai, mengakibatkan mudahnya mengakses bahan pangan, akan berdampak buruk bagi mereka yang tidak memahami tentang pengetahuan mengenai gizi seimbang.Â
Mudahnya mendapat pangan menjadikan pengonsumsian pangan berlebih, memilih makanan yang enak dan mengutamakan pemuasan diri mengakibatkan penyakit yang akan terjadi apalagi untuk jangka waktu yang lama. Ketika status ekonomi rendah dan pengetahuan ada, akan menjadikan status gizi juga dapat diselamatkan. Karena pemilihan asupan gizi yang baik tidak terpatok pada pangan yang mahal, sehingga pendapatan yang sedikit juga tidak bisa mengakibatkan gizi rendah jika diseimbangkan dengan pengetahuan yang baik. Banyak cara yang dilakukan untuk memenuhi gizi seimbang, seperti pada pemilihan bahan makanan yang murah dan dapat dijumpai tapi memiliki zat gizi yang tidak kalah tinggi. Banyak bahan makanan yang tersedia di alam dengan segudang gizi. Bisa juga menanam bahan makanan yang mudah tumbuh. Sejatinya, alam sudah menyediakan berbagai kebutuhan manusia jika mau mengolah dengan baik. Hal ini menjadi alternatif bagi keluarga yang pendapatannya rendah namun dituntut untuk memenuhi gizi seimbang.
Secara umum, ekonomi memang berpengaruh pada apa yang di konsumsi oleh individu. Dimana apa yang dikonsumsi dan pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan dimana kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan berpengaruh pada asupan gizi yang secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kesehatan individu ataupun pada masyarakat. Gizi yang optimal inilah yang akan mempengaruhi bagaimana keberhasilan suatu generasi. Pengoptimalan gizi sangat penting untuk pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta seluruh kelompok umur. Gizi yang baik akan membentuk berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari penyakit, maka diperlukan adanya peningkatan pola makan masyarakat kearah konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat. Dengan adanya pemahaman akar permasalahan pada gizi terutama dari faktor ekonomi, diharapkan masyarakat dapat mengerti dan belajar bangkit dari faktor permasalahan yang ada. Berlatih dari hal yang kecil dan melakukan sedikit perubahan ke arah yang lebih baik khususnya pada pemilihan bahan pangan, asupan makanan dan kreativitas ataupun melakukan diversifikasi pangan pada golongan ekonomi rendah agar gizi tetap seimbang guna menjadi pondasi pembangunan Indonesia yang unggul dan berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H