Mohon tunggu...
Indriani Jamino
Indriani Jamino Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Jambi, 08 Oktober 2002

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Magical Touch in Batik: Story Behind Difabelzone Indonesia

11 Juni 2022   22:09 Diperbarui: 11 Juni 2022   22:58 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Difabelzone Indonesia merupakan komunitas yang beranggotakan para difabel untuk berkarya dalam bidang kerajinan terutama membatik. Difabelzone Indonesia memiliki satu lokasi di daerah Bantul yang dijadikan sebagai tempat workshop, tempat produksi batik, tempat tinggal para difabel, tempat para tourist berkunjung, dan lainnya. Tempat yang digunakan dalam segala kegiatan ini yang menjadi inti masalah atau kalau dalam pohon masalah itu di bagian batangnya (core) yang di mana tempat Difabelzone Indonesia yang sekarang belum cukup luas. Inti masalah keterbatasan ruang yang belum cukup luas ini yang akan merambat ke berbagai lapisan dampak masalah yang lainnya. Tapi sebelum itu, agar pembahasan ini lebih detail, pembahasan akan dianalisis dengan teori organisasi, yaitu teori sistem sosial.


Teori Sistem sosial milik Parsons dalam Ritzer & Goodmans (2010, h. 257) menjelaskan 4 fungsi penting dalam menjalankan sistem agar dapat bertahan hidup. Pertama, adaptasi yang di mana suatu sistem harus dapat kebutuhan situasional dari luar, seperti beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Fungsi kedua, Goal Attainment (pencapaian tujuan), di mana suatu sistem mampu untuk mengartikan dan meraih tujuan utama. Fungsi ketiga, integrasi yang di mana sistem harus mengatur hubungan antar komponen-komponennya. Fungsi keempat, latensi (pemeliharaan pola) yang di mana sistem harus melengkapi, merawat, dan memperbaharui motivasi individu dan pola-pola budaya guna dalam membangun dan mempertahankan motivasi itu. Jadi, teori sistem sosial ini akan melihat dinamika organisasi dalam komponen yang saling berinteraksi satu sama lain guna beradaptasi agar dapat bertahan.


Setelah mengetahui sekilas teori sistem sosial tersebut, saya akan kembali berfokus dalam meneliti masalah di komunitas Difabelzone Indonesia. Setelah kita tahu bahwa inti (core) masalah komunitas Difabelzone Indonesia adalah tempatnya yang masih terbatas dan belum cukup luas, maka kita harus mengetahui juga akar atau penyebab inti masalah tersebut. Akar atau penyebab inti masalah tersebut adalah modal dan profitnya yang masih kurang dalam mendukung proses tempat baru yang lebih luas.

pada bagan ranting pohon masalah atau masalah yang ada, akibat dari masalah inti ini adalah berdampak pada keterhambatan untuk menambah anggota teman-teman difabel. Hal ini karena belum adanya tempat yang memadai yang diakibatkan modal dan profit yang kurang sehingga belum bisa untuk membantu teman-teman difabel lain yang memiliki minat di batik. Masalah lainnya yang timbul adalah keterbatasan sumber daya manusia terutama pengurus dan volunteer karena keterbatasan ruang tadi.


Masalah yang muncul lagi (daun) dari masalah sebelumnya (ranting) berdampak cukup penting. Masalah tidak bisa menambah anggota teman-teman difabel lain ini akan berakibat atau memengaruhi proses produksi yang kurang maksimal terutama dari segi waktu. Masalah sumber daya manusia yang terbatas (pengurus dan volunteer) ini akan berdampak atau berpengaruh pada platform online yang tidak dirawat secara berkala dan tidak berjalan maksimal.


Setelah mengetahui lapisan-lapisan masalah tadi, terdapat juga masalah eksternal pada komunitas difabelzone Indonesia yaitu, kurang yakinnya masyarakat bahwa karya batik Difabelzone Indonesia dibuat oleh para difabel. Hal ini banyak masyarakat yang meragukan kualitas produknya. Padahal kenyataannya, produk tersebut semua dibuat oleh teman-teman difabel bahkan mereka juga menunjukkan bakat mereka di berbagai pameran yang secara live membatik di pameran tersebut.


Berdasarkan penjelasan lapisan-lapisan masalah, kita akan kembali mengkaitkan dengan teori sistem sosial milik Parsons dalam Ritzer & Goodmans (2010, h. 257) terkait empat fungsi penting dalam menjalankan sistem agar dapat bertahan hidup. Fungsi pertama terlihat bahwa sistem dalam komunitas Difabelzone Indonesia perlu lebih beradaptasi dengan situasional di luar. Situasional di luar yang dimaksud adalah banyak kegiatan yang memerlukan tempat yang lebih luas atau bahkan banyak permintaan dari teman difabel lain yang tertarik untuk masuk ke komunitas Difabelzone Indonesia akan tetapi tidak bisa dikarenakan tempatnya yang belum cukup luas untuk menerima anggota baru. Fungsi kedua, Goal Attainment (pencapaian tujuan) yang di mana komunitas Difabelzone Indonesia ini sedang dalam tahap proses untuk mencapai tujuan-tujuannya termasuk proses mendapatkan tempat yang lebih luas dan memadai dalam melakukan aktivitas komunitas Difabelzone Indonesia. Fungsi ketiga, integrasi dalam pembahasan ini lebih ke integrasi hubungan dalam dinamika komunitas tersebut dalam berinteraksi satu sama lain. Dinamika Difabelzone Indonesia antar anggota sudah dibangun dalam bentuk kekeluargaan bahkan sudah dekat. Hal ini karena dari Komunitas Difabelzone Indonesia yang anggotanya tidak terlalu banyak karena belum bisa menambah anggota baru sehingga sangat memungkinkan dinamika yang erat antar anggota di komunitas ini. Fungsi Keempat, latensi (pemeliharaan pola), pada komunitas Difabelzone Indonesia ini pemeliharaan pola terutama dalam melengkapi, merawat, dan memperbaharui motivasi individu sudah sangat jelas. Hal ini karena komunitas Difabelzone Indonesia antar anggota dan pengurus saling melengkapi dan merawat seperti keluarga sehingga motivasi yang erat untuk selalu ada dalam komunitas Difabelzone Indonesia ini sudah dibangun dari lama. Akan tetapi, latensi terhadap volunteer masih belum kuat. Hal ini terlihat dari volunteer yang membantu membuatkan website, di mana interaksi volunteer dengan komunitas Difabelzone Indonesia masih belum kuat sehingga website Difabelzone Indonesia tidak secara berkala di-maintenance.


Komunitas Difabelzone Indonesia yang walaupun masih berjuang menghadapi masalah-masalah tersebut, akan tetapi komunitas ini sangat hebat dalam dinamikanya, karya, dan proses dari awal hingga kini yang tentu sudah banyak mencapai berbagai apresiasi dari masyarakat. Komunitas Difabelzone Indonesia telah memotivasi, membangun, dan membuktikan kreativitas dari magical touch karya batik para teman difabel.


Daftar Pustaka:
Ritzer, G. & Goodman, J. D. (2010). Teori sosiologi modern. Jakarta: Renada Media.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun