Mohon tunggu...
Indriani aka Indri
Indriani aka Indri Mohon Tunggu... -

Disebut aneh karena gak suka makan durian hehheheee.......

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Seuntai Asa (Surat Imaginer Seorang Hamba Kepada Rabb-nya)

18 Maret 2010   08:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:21 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mencoba menulis sepucuk surat hasil Muhasabah diri saat usia ganjil 25 Tahun…..Tulisan beberapa bulan silam yang pernah diposting di jendela sebelah dengan judul Seuntai Asa





Ranah Minang, 12 November 2009

Teruntuk Sang Pemilik Hati

Bismillahirrahmanirrahim..............

Teringat ketika 25 tahun lalu engkau menitipkan nafas ini padaku. Dengan senyum-Mu Engkau berkata “Jagalah amanah ini baik – baik, hingga tiba saatnya Aku datang mengambilnya kembali. Ingatlah, Aku akan selalu ada di dekatmu. Jangan pernah ragu untuk meminta apapun padaKu, bila nanti dalam perjalanan panjangmu, engkau mendapat kesulitan. Ingatlah Aku dalam setiap detik dalam hidupmu, niscaya engkau kan selamat tiba di tujuan. Jangan pernah takut tersesat dalam kegelapan, karena sesungguhnya cahaya kasihku teramat terang. Aku menunggumu di ujung jalan kehidupan. Ini bekal yang keberikan padamu, Nafas Iman. Perjalanan yang akan kau tempuh tidaklah mudah. Karena itu, berhati – hatilah. Jangan terlena oleh indahnya jalan yang kau lalui, karena sesungguhnya ada keindahan abadi yang menantimu di akhir perjalanan nanti. ”

Kira – kira seperti itulah pesan-Mu padaku 25 tahun yang lalu. Kini sudah seperempat abad lamanya aku berjalan. Seperti kata-Mu, jalan yang harus kulalui tidaklah mudah. Ada begitu banyak keindahan yang begitu menggoda. Keindahan itu bahkan sempat membuatku memutar haluan dari tujuan semula. Ruang hatiku disesaki oleh angan dan impian semu. Hampir tak ada ruang tersisa di hatiku untuk-Mu. Naudzubillah.....astagfirullah ‘al adzim.

Tak hanya keindahan semu yang kutemui dalam perjalanan ini. Kabut kelam terkadang menghalangi pandanganku. Lentera kasih-Mu yang selama ini kupakai sebagai penerang jalanku, makin hari makin redup. Aku lupa membeli minyak dan sumbu sebagai cadangan tuk lenteraku. Cahaya itu seakan tidak mampu lagi menuntunku ke arah tujuan yang kutuju. Saking gelapnya, aku pun terjatuh dalam kubangan lumpur yang bau. Setiap kali aku berusaha tuk berdiri, aku kembali terposok jatuh. Pijakanku begitu licin, tak ada sesuatu yang dapat kujadikan pegangan agar aku bisa bangkit. Seakan tak ada kekuatan lagi tuk berdiri. Tak seorang pun yang sudi mengulurkan tangannya padaku. Jangankan mengulurkan tangan, menoleh pun mereka tak mau. Mungkin mereka jijik dan tak tahan mencium bau busuk dari lumpur yang menempel ditubuhku. Tangan mereka akan kotor jika menyentuhku.

Namun lihatlah, tatkala hatiku menjerit memanggil nama-Mu, seperti janji-Mu dulu, Engkau datang menghampiriku dengan hujan rahmat-Mu. Aku berharap air suci itu perlahan membasahi sekujur tubuhku dan membawa serta lumpur yang menempel padaku. Sedikit demi sedikit, akan mengangkat kotoran itu dari tubuhku. Hujan rahmat-Mu memberikanku kesejukan. Tangan-Mu terulur padaku. Dengan penuh rasa suka cita dan haru, kusambut uluran tangan itu. Aku pun berusaha berdiri dan beranjak dari kubangan itu. Tak hanya itu, cahaya kasih-Mu pun perlahan muncul menyibak tabir kegelapan yang menyelimuti sekelilingku. Subhanallah.......semua menjadi terang namun tak menyilaukan.

Kini kusadari, aku sudah terlalu jauh menyimpang dari jalan menuju ridhaMu. Saatnya kembali memutar haluan ke arah yang kutuju. Kau sentuh hatiku dengan cinta-Mu. Setiap helaan nafas yang Kau titipkan adalah karunia buatku. Sungguh besar cinta dan kasih sayang yang Engkau curahkan padaku. Namun apa balasanku, aku justru mengkhianti-Mu. Maafkan aku........sungguh........ampunilah aku.

Bibir ini pun tak mampu mengucap kata lain selain Alhamdulillah, Segala Puji bagi-Mu ya Allah. Terima kasih untuk segenap cinta yang Kau anugrahkan padaku. Terima kasih untuk segenap kasih sayang yang Kau limpahkan padaku. Terima kasih untuk setiap karunia yang kau curahkan padaku. Terima kasih untuk setiap nikmat yang kau berikan padaku. Sesungguhnya masalah, musibah, ujian dan cobaan yang kau timpakan padaku adalah bentuk dari kasih sayangMu dan juga sebagai media tarbiyah yang sangat berharga bagiku. Yah.......karena sesungguhnya di dalam sakit teruji kesabaran, dalam perjuangan teruji keikhlasan, dalam tawakkal teruji keyakinan.

Wahai sang Pemilik hati, terselip harap dalam hatiku, gantilah kepedihan ini dengan kesenangan, jadikanlah kesedihan ini awal meraih kebahagiaan, dan sirnakanlah rasa takut ini menjadi rasa tentram. Wahai Sang Pemilik Hati, sejukkanlah panasnya qalbu ini dengan salju keyakinan, padamkanlah bara jiwa ini dengan air keimanan. Wahai Sang Pemilik Hati, jadikanlah sebaik – baiknya hariku adalah pada saat aku menemui-Mu. Semoga kelak ketika aku datang menghadap-Mu, Engkau bisa tersenyum menyambutku.
Amin ya Rabb.....

Dari Seorang Hamba Yang Mendamba Cinta-Mu

-Indri-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun