Semua bisa menjadi Guru tapi tidak semua bisa menjadi Pendidik. Sepenggal kalimat yang saya terus ingat di setiap kegiatan sosial yang saya lakukan saat menjadi guru dadakan, loh kok guru dadakan? Ia karena saya adalah seorang dengan profesi diluar guru tapi memiliki kegiatan sebagai relawan yang sebagian kegiatan nya bergerak di bidang Pendidikan dan bidang kesehatan. Tidak jarang mereka akan menganggap kami guru saat mulai turun untuk menginspirasi adik adik khusus adik adik di sekolah pelosok negeri.
Tiap anak di tiap tempat memiliki karakternya masing masing dan tentu saja tingkat kesulitan menginspirasi atau mengajar itu ada walau mungkin hanya sekedar menginspirasi dengan metode mengajar. Bukan perkara mudah memberikan sugesti dan stimulus pada anak anak oleh sebab itu kalimat yang saya sebutkan di awal kalimat tepat sekali.Â
Bagi saya menjadi guru adalah salah satu pekerjaan yang benar benar menguras hati dan pikiran kita agar lebih bisa sabar dan kreatif karena yang kita hadapi adalah anak anak yang sedang bertumbuh dan ingin tahunya sangat tinggi dan tidak jarang menghadirkan tawa serta perasaan yang cukup berat saat berinteraksi dengan mereka ditengah perasaan lelah dan kadang mungkin sedikit hope less tapi karena tanggung jawab itu tidak mudah dan ini adalah sebuah tantangan yang harus dilalui jadi tidak ada lain kata semangat yang terus menerus harus ditanamkan pada diri seorang pengajar yang sebenarnya sedang berproses menjadi pendidik.Â
Untuk tempat belajar adik adik saya tidak memaksakan tempat karena menurut saya anak anak belajar dimana mana hatinya senang. Terkadang saat saya menginspirasi ada saja yang tertidur, saya biarkan beberapa saat dan jika sudah lewat dari setengah jam maka saya akan bangunkan dengan bantuan teman temannya kemudian akan saya suruh untuk mencuci muka. Anak anak itu butuh kebebasan berekspresi dan mengeluarkan ide dan tempat yang nyaman membantu mereka lebih bebas berfikir ataupun berkreasi. Meja, kursi ataupun ruang kelas tidak membatasi ruang belajar anak anak jika ingin memberikan arti merdeka belajar pada anak anak.
Saya rasa tidak. Setelah membaca tentang beberapa sumber mengenai Merdeka Belajar dan memperhatikan anak anak saat menerima apa yang kami sampaikan membuat saya berfikir setidaknya ada sesuatu yang bisa kita berikan pada tempat kami mengajar walau hanya diwaktu yang singkat. Apa itu? Merdeka belajar untuk guru dan murid nya. Pernah kah kita berfikir arti merdeka belajar? Bagi saya merdeka belajar dimana anak anak dan guru memiliki satu perasaan atau persepsi yang sama yaitu "Berekspresi dengan bebas tapi terarah". Nah dalam hal ini mungkin yang perlu dilakukan adalah bagaimana mendengar dan memperhatikan keinginan dari anak anak yang diajar oleh guru agar tercipta keselarasan belajar nantinya. Terkadang kita lupa anak juga butuh di dengar.
Setelah mengamati tentunya akan membuat suatu interaksi yang akan kita butuhkan untuk berkomunikasi dan dari komunikasi itu kita akan mendengar sebenarnya yang mereka mau atau suka itu apa. Tidak mudah memang tapi itulah proses dimana proses yang kita lakukan akan membentuk sebuah usaha sebelum memperoleh hasilnya. Hasilnya apa? Hasilnya adalah sebuah komunikasi efektif antara kita dan anak anak. Sekali lagi semua butuh proses dan usaha serta lakukan dengan sepenuh hati dengan mereka yang memiliki visi misi yang sama dalam pendidikan. Kita bisa memajukan pendidikan yang merdeka dalam belajar jika kita mau bersama sama melakukan nya. Yuk kita buat semarak merdeka belajar agar generasi muda kita tidak bosan dengan kata Belajar dan Sekolah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI