Mohon tunggu...
Indri Fkub
Indri Fkub Mohon Tunggu... -

Muslimah,ibu,istri,dosen,dokter. But I'm a happy frog under the coconut shell.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Menghormati Ibu 3 Kali Lebih Dulu daripada Bapak?

19 Agustus 2011   04:08 Diperbarui: 4 April 2017   16:59 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mungkin sudah sering kita dengar riwayat bahwa Rasulullah SAW menegaskan untuk menghormati Ibumu....ibumu....ibumu....baru kemudian Bapakmu. Hal tersebut bisa jadi dianggap wajar,  sebagai bentuk penghormatan Rasulullah kepada wanita. Tapi pernahkah kita bertanya, kenapa 3 kali? Kenapa bukan 2 atau 4 atau 7 sekalian? Atau mengapa urutannya tidak Bapakmu…..lalu Ibumu…Ibumu…Ibumu? Kan sama aja? Trus kenapa begitu urutan yang ditegaskan oleh Rasulullah? Bukankah segala lisan Rasulullah selalu penuh dengan hikmah dan kebenaran? Bukankah Rasulullah bukan tipe orang iseng yang suka "asbun" alias asal bunyi? Sekali lagi, kenapa 3? Kenapa ibu dulu? Memang tidak ada hadist yangmembahas hal ini. Tepatnya, saya yang tidak tahu hadistnya. Tapi secara ilmu biologi, ternyata ada "othak-athik-gathuk"nya (hmm…Bahasa Indonesianya apa ya?). Begini. Dalam proses kelahiran manusia, terdapat 3 peristiwa penting di mana calon manusia bergantung sepenuhnya pada Ibunya (atas izin Yang Maha Kuasa tentunya). 3 Peristiwa penting ini tidakbisa sesaat pun digantikan oleh Bapak. All by mother pokoknya. Ketiga peristiwa penting tersebut adalah : 1.Pembuahan; yaitu peristiwa bertemunya satu sel sperma dengan satu sel telur. Lho…kan masih butuh Bapak? Tunggu dulu! Ketika dipelajari lebih dalam, ternyata Bapak hanya menyumbang materi genetik (kromosomnya saja) untuk bersatu dengan materi genetik Ibu. Sel Sperma datang bermodal inti, ekor, dan mitochondria. Ekor, dan mitochondria ditinggal di luar saat berhasil memasuki sel telur. Hanya inti yang berisi materi genetik saja yang akhirnya bersatu dengan inti sel telur. Sedangkan kehidupan setelah bertemunya kedua inti tadi (zygote), sepenuhnya adalah “tanggungan “ sel telur alias selnya Ibu. Hidupmatinya zygote hingga menjadi embrio (mudigah) adalah sepenuhnya tergantung modal dari sel telur. Mulai sitoplasma hingga organella yang lain. 2.Kehamilan. Sejauh ini sudah kita ketahui bersama, bahwa kehamilan termasuk “hak prerogatif” wanita. Hak prerogatif yang melelahkan. Selama 9 bulan seorang Ibu ke sana kemari membawa sang calon manusia. 24 jam sehari 7 hari seminggu terus menerus sang Ibu memberikan apa yang dipunyai untuk janinnya….apapun konsekuensinya. Kulit jadi melar, badan gendut, kadang sesak, tidur tak nyenyak, kaki bengkak, kadang juga darah tinggi, hingga rambujadi beruban dilakoniIbu dengan senang. Bapak bisa ikut di bagian ini. Ikut senang. 3.Kelahiran. Ini juga hak prerogatif wanita. Proses yang butuh perjuangan dan kadang pengorbanan nyawa. Didera rasa sakit dan payah…hingga menempatkannya pada posisi berpeluang syahid untuk Ibu yang akhirnya melepaskan jiwa dari raganya saat persalinan. Setelah ketiga peristiwa itu, barulah peran Ibu bisa tergantikan; meskipun tak sempurna. Misalnya menyusui, masih bisa digantikan ibu susuan, atau Susu formula bila terpaksa. Demikian juga dengan mengasuh, membesarkan, dan seterusnya…..merupakan peristiwa-peristiwa kerjasama tim anatar Ibu dan Bapak. Jadi, secara biologi…wajar dong kalo penghormatan pada Ibu sesuai dengan alur biologisnya. Yaitu : Ibu….ibu….Ibu….Bapak. Selamat menghormati kedua orang tua….. Wallahu’alam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun