Aku saat itu
Dalam rasa nyeri yang tak terperi
Dengan segenggam asa yang hampir sirna
Ia datang di luar perkiraan
Ia tak punya pandangan meski matanya sempurna
Ia tak bernyanyi walau suaranya penuh irama
Langkahnya tertatih padahal kedua kakinya kuat
Aku tertegun
Inikah lelaki yang Kau kirimkan untukku?
Bagaimana jika nanti ia membuatku malu?
Mengapa Kau kirimkan lelaki yang seperti itu?
Aku terus bertanya tapi Kau diam saja
Aku mencari jawab hingga jatuh dan tersesat
Aku tahu Kau mendengar dan melihat
Tapi mengapa jawaban itu tak kunjung ku dapat?
Sementara ia terus menguntitku tanpa jemu
Padahal berkali-kali sudah ku usir ia jauh-jauh
Aku sudah lelah
Aku sudah pasrah
Dan akhirnya aku menyerah
Ku jadikan dirinya benda distraksi untuk menghalau nyeri
Dan ia bersedia tetap di sini
Terus menguntitku kemana pun langkah kaki
Bahkan ia kini mulai bernyanyi
Tapi aku tak bisa memahami tiap bait
Ia bernyanyi dan menari tidak karuan
Dan orang-orang mulai memandangi kami berdua
Pada-Mu lagi aku bertanya
Apa yang harus ku lakukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H