Sebagai seorang tokoh agama, Miftah seharusnya menjadi contoh yang baik bagi masyarakat. Namun, sikap kesombongan dan penghinaan yang ditunjukkannya justru menciptakan citra negatif. Dalam konteks ini, penting untuk mengkritik perilakunya:
- Inkonsekuensi: Ada ketidaksesuaian antara ajaran agama yang mengedepankan kerendahan hati dan perilakunya yang menunjukkan kesombongan.
- Tanggung Jawab Publik: Sebagai figur publik, ia memiliki tanggung jawab untuk menyebarkan nilai-nilai positif, bukan justru memperkuat sikap negatif.
Perilaku Miftah yang menunjukkan kesombongan dan penghinaan dapat dianalisis melalui berbagai teori psikologi. Dari psikoanalisis hingga teori humanistik, kita dapat melihat bahwa sikap tersebut tidak hanya mencerminkan ketidakpuasan pribadi, tetapi juga memiliki dampak sosial yang luas. Sebagai seorang tokoh agama, penting bagi Gus Miftah untuk merefleksikan sikap dan perilakunya, demi kebaikan dirinya dan masyarakat luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H