4. Ketidakseimbangan
- Deskripsi: Ketidakseimbangan antara id, ego, dan superego dapat menyebabkan perilaku yang problematik.
- Penerapan pada  Miftah:
- Jika  Miftah lebih mendengarkan dorongan dari id dan mengabaikan superego, ini dapat menjelaskan sikap sombong dan penghinaan yang sering ia tunjukkan. Hal ini bisa menciptakan ketidakpuasan dalam dirinya, yang dapat berujung pada konflik internal.
Dalam konteks  Miftah, perilaku kesombongan dan penghinaan dapat dilihat sebagai dominasi dari id yang tidak terkontrol. Ketika seseorang merasa superior, bisa jadi ia berusaha memenuhi kebutuhan ego-nya dengan merendahkan orang lain. Hal ini menciptakan ketidakseimbangan dalam kepribadian yang dapat berujung pada perilaku yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
2. Teori Kognitif
Teori kognitif, yang dipelopori oleh Aaron Beck, menekankan pentingnya pola pikir dalam membentuk perilaku. Miftah mungkin memiliki pola pikir yang menganggap dirinya lebih baik daripada orang lain, yang dapat dipicu oleh pengalaman masa lalu atau pengaruh lingkungan.
- Pola Pikir Negatif: Jika  Miftah menginternalisasi pandangan bahwa ia adalah satu-satunya yang benar, hal ini dapat menyebabkan sikap sombong dan penghinaan.
- Distorsi Kognitif: Ia mungkin terjebak dalam distorsi kognitif, seperti "semua atau tidak sama sekali," yang membuatnya tidak mampu melihat sudut pandang orang lain.
3. Teori Perilaku
Teori perilaku, yang dikembangkan oleh B.F. Skinner, menekankan bahwa perilaku dipelajari melalui interaksi dengan lingkungan. Jika sering mendapatkan penguatan positif (misalnya, pujian) ketika menunjukkan sikap sombong, maka perilaku tersebut akan terus berlanjut.
- Penguatan Positif: Ketika ia mendapatkan perhatian atau dukungan dari pengikutnya atas perilaku tersebut, hal ini dapat memperkuat sikapnya.
- Modeling: Jika ia melihat tokoh lain yang sukses dengan perilaku serupa, ia mungkin merasa terdorong untuk meniru perilaku tersebut.
4. Teori Humanistik
Teori humanistik, yang dipelopori oleh Carl Rogers dan Abraham Maslow, menekankan pentingnya aktualisasi diri dan penerimaan diri. Dalam konteks ini, sikap sombong  Miftah mungkin mencerminkan ketidakpuasan dengan diri sendiri.
- Kebutuhan Akan Pengakuan: Jika ia merasa tidak diakui atau dihargai, ia mungkin berusaha untuk menunjukkan superioritas untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.
- Ketidakamanan: Kesombongan sering kali merupakan mekanisme pertahanan terhadap ketidakamanan. Dengan merendahkan orang lain, ia mungkin berusaha untuk merasa lebih baik tentang dirinya sendiri.
5. Dampak Sosial dan Etika
Sikap dan perilaku Miftah tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri, tetapi juga pada masyarakat.
- Normalisasi Kesombongan: Ketika tokoh publik menunjukkan sikap sombong, hal ini dapat mempengaruhi pengikutnya untuk meniru perilaku tersebut, yang pada gilirannya dapat merusak norma sosial.
- Penghinaan Terhadap Orang Lain: Perilaku penghinaan dapat menciptakan budaya intoleransi dan konflik, yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai agama yang seharusnya mengedepankan kasih sayang dan saling menghormati.
6. Kritik Pedas