Identitas Nasional, Simbolisme Negara, dan Kebijakan Pemerintah, Kerajaan Nusantara dan Ritual Pagan:
Refleksi atas Perayaan 17 Agustus 2024
Indra Wardhana
18 Agustus 2024, Bojonegoro
Bojonegoro Agustus 17, 2024 - Pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur telah memicu berbagai perdebatan terkait simbolisme negara dan identitas nasional.Â
Pada perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-79 yang berlangsung di IKN, muncul sejumlah kontroversi yang semakin mempertajam diskusi ini. Di tengah upacara, sebuah momen yang terekam kamera menimbulkan dugaan adanya ritual yang mengingatkan pada praktik Pagan, yaitu penyembahan terhadap api. Ini menambah deretan kritik yang sudah ada terhadap cara pemerintah memproyeksikan citra ibu kota baru.
Identitas Nasional dalam Simbolisme Ibu Kota Baru
Sejak awal, pemindahan ibu kota ke IKN di Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara menimbulkan perdebatan. Banyak yang mempertanyakan apakah desain dan simbolisme yang dihadirkan di IKN mencerminkan identitas nasional yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.Â
Kritik muncul terkait latar belakang Istana Negara yang baru, yang oleh beberapa pengamat dianggap lebih menyerupai kelelawar daripada Burung Garuda, lambang kebesaran Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Penekanan pada simbolisme ini menjadi penting, mengingat simbol negara bukan hanya hiasan, melainkan representasi visual dari nilai-nilai dan identitas yang dianut oleh seluruh bangsa. Perbedaan persepsi terhadap simbol-simbol ini bisa menimbulkan spekulasi yang tidak perlu dan berpotensi mengikis kepercayaan publik terhadap institusi negara.