Benarkah saksi kunci E-KTP Johannes Marliem tewas bunuh diri? Tulisan ini akan mencoba mengurai dan menyibak potensi permainan isu di balik hebohnya pemberitaan mengenai tewasnya saksi kunci E-KTP itu. Pertama-tama kita harus merunutkan secara kronologi pemberitaan itu, darimana sumber beritanya. Kabar berita soal kematian Johannes Marliem dikaitkan beberapa media dengan peristiwa penyekapan yang terjadi di Edinburgh Avenue, West Hollywood. Berita penyekapan itu pertama kali dipublis oleh CBS Los Angeles, CBS memberitakan bahwa seorang pria bersenjata mengurung dirinya sendiri di dalam rumah yang ada di kawasan elite Beverly Grove sejak Rabu sore pukul 17.00 waktu setempat hingga Kamis pagi dan berakhir dengan penemuan mayat. Tapi CBS belum tidak melaporkan siapa identitas tubuh itu. Kanal berita US yang pertama kali melaporkan identitas tubuh itu adalah News LA polisi yang masuk ke rumah penyekapan itu menemukan sosok mayat, tapi sesok mayat yang ditemukan itu adalah Johannes Marlie bukan Johannes Marliem, hal itu dilansir oleh Coroner's Officer dan LAPD.
Belum sempat ada rilis resmi yang mengkonfirmasi secara pasti kematian itu, publik Indonesia sudah geger dengan #SaksiKunciEKTP dan berita di kanal-kanal berita online besar. Kehebohan itu dipicu oleh pernyataan juru bicara KPK Febri Diansyah, dia menyatakan bahwa "dapat informasi bahwa yang bersangkutan, Johannes Marliem sudah meninggal dunia, namun belum mendapat keterangan rinci sebab kejadian tersebut terjadi di USA. Bak gayung bersambut, media ramai-ramai menjadikan keterangan yang belum dapat divalidasi secara akurat itu sebagai sumber rujukan berita, dengan bumbu tewasnya saksi kunci E-KTP. Tentu kita mesti curiga terhadap hal ini, ada pembentukan opini dalam berskala Nasional.Â
Jika kita telusuri kembali ke Negeri Paman Sam, pemberitaan Johannes Marliem ini sangat sedikit, dan belum ada media US yang mengungkap kepastian jasad siapa itu dan apa korelasinya dengan Indonesia. Berita di US hanya menjabarkan ada kasus penyekapan yang berakhir dengan bunuh diri, hanya sebatas itu. Berita yang beredar di media massa Indonesia begitu banyak bumbu, dan hanya berdasarkan desas-desus yang sudah ramai berkembang, tanpa validasi yang cukup. Seolah menunjukkan kebobrokan jurnalisme, media terlalu latah menanggapi berita, tanpa berupaya memverifikasi ulang kebenaran berita itu. Dan kelatahan itu diawali oleh tindakan gegabah konferensi pers KPK.
Jelas bahwa kematian Johannes Marliem adalah bentuk kegagalan dalam memberi perlindungan terhadap saksi dan kesalahan sebab KPK gegabah membocorkan soal Johannes Marliem sebagai saksi kunci E-KTP. Saksi kunci dalam sebuah kasus besar pasti akan menghadapi ancaman sangat serius. Guna menangkal ancaman itu, saksi kunci dan keluarganya patut mendapatkan perlindungan maksimal, penyidik yang memposisikan seseorang sebagai saksi kunci kasus sama dengan menempatkan orang itu dalam ancaman yang sangat serius, termasuk ancaman pembunuhan. Siapa mesti berani tanggung jawab atas kematian Johannes Marliem ini? Jelas institusi yang menjadikan Johannes Marliem saksi kunci mesti bertanggung jawab penuh terhadap hal itu.
Histeria pemberitaan pada media massa mestilah dihilangkan, hal itu justru memperkeruh pikiran dan mempersulit dalam menangkap informasi secara jelas. Juga bertendensi penggalangan oponi public secara keliru. Masyarakat Indonesia belum dapat jeli mengurai pemberitaan dan menangkap logika yang berita. Berita secara massif selalu berkelindan dengan kepentingan penanaman opini pada benak masyarakat, dengan begitu mereka terkelabui.
Apa yang sebenarnya sedang berjalan dan dipermainkan?? Hanya dengan mata, hati, dan pikiran yang jernih kita bisa membaca itu....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H