Mohon tunggu...
Iwan Indrawan
Iwan Indrawan Mohon Tunggu... Insinyur - Sebuah ikatan bathin untuk negeri

semua memiliki hak berpendapat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Surat Terbuka untuk Pak Prabowo

10 Mei 2023   16:00 Diperbarui: 10 Mei 2023   15:58 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bismillah,

Selamat hari ini Pak Prabowo, insyaaAllah selalu sehat.
Maaf jika tulisan saya kurang pas dengan harapan Bapak mohon dimaafkan, saya berusaha jujur dengan apa yang saya alami dan saya ketahui berkenaan dengan Bapak.

Kiranya Bapak sudah diberkahi Allah untuk lahir dari kalangan terpelajar bahkan sangat terpelajar, cerdas, berdidkasi dan mengabdi pada negara dengan sangat baik. Begitupun dengan perjalanan hidup, sekolah, karir dan jenjang-jenjang yang Bapak lalui cukup heroik dan sangat di atas rata-rata masyarakat biasa.

Prestasi pribadi Bapak pun saya tidak dapat menulisnya satu persatu karena sangat banyak dan sangat berliku.
Lahir dari kalangan terpelajar hingga menjadi lingkaran yang sangat berkuasa pun pernah Bapak lalui. Kiranya berwarna pengalaman yang sudah cukup bahkan lebih Bapak alami.

Setelah masa yang begitu panjang, saya potong saja sampai periode Pemilu terakhir yang Bapak harus berduel dengan Pak Jokowi yang petahana.

Saat itu, jujur saja kami banyak berharap dengan Bapak.
Bukan tidak suka Pak Jokowi, namun setelah 5 tahun kepemimpinan nya kita sudah merasakan PDIP yang sudah sangat lama menanti masa itu seperti kuda lepas dari kandangnya, terlalu vulgar banyak ditampilkan kemiringan pemerintahan yang dilakukan, mungkin memang mereka merasa saat itulah waktu nya.
Dan yang lebih parah (banyak yg membenarkan), bahwa pemilu yang dilaksanakan pun nilai kejujuran dan kebenaran data nya sangat dipertanyakan. Baru akhir-akhir ini banyak berita data pemilu yang salah, yang diganti, dan ini itu.

Namun harapan kami hanya harapan, bahkan banyak ulama Indonesia dengan Indonesia yang notabene negeri muslim terbesar, berharap Bapak ada di barisan mereka, Bapak menunjukan itu dan kami semakin berharap. Bahkan Bapak mengunjungi HRS di Makkah pun menyimpan harapan kami Bapak ada di garis yang sama dengan kami yang berharap Indonesia lebih baik.

Namun harapan itu hanya tinggal harapan.
Setelah pengumuman akhir pemilu tiba-tiba Bapak kalah.
Bukan kekalahan yang lebih menjadi kesedihan kami, namun sikap Bapak saat itu sebagai rival pemilu yang terlalu cepat menerima penawaran untuk manjadi pambantu rival Bapak saat pemilu.
Jika alasan yang disampaikan lebih pada pengabdian untuk negara seperti nya alasan itu sudah expire Pak dan sudah tidak menyentuh kami yang dulu menaruh harapan dengan Bapak.
Alasan semacam itu dapat kami terima atau kami dapat memaklumi nya jika proses pemilu yang dilakukan cukup transparant, bersih, terbuka, dan sangat jernih secara legal dan kemanusiaan. Namun sebaliknya proses pemilu yang terjadi saat itu terlalu banyak kecurangan dan hal-hal yang tidak pada tempatnya yang secara terbuka terjadi dan tidak ada pengambilan tindakan yang tepat untuk itu. Katakanlah salah satunya saja semngenai banyaknya petugas KPPS yang meninggal dan bahkan banyak yang cara meninggalnya aneh, ini tidak di blow up bahkan dituntut dan ada jawaban kenapa nya. Jika mereka lebih dari 500 orang yang menjadi korban karena kecepekan, mana tanggung jawab KPU? seperti semua ditutupi, tidak boleh diungkap, jaringan pemilu diperkuat, porses dipegang, bahkan angka hasilpun direncanakan.

Kenapa dengan model kejadian itu Bapak tidak mengambil tindakan?
Bapak ahli strategy dalam militer, kenapa ini tidak dimanfaatkan?
Bapak seorang satria, seharusnya secara kesatria bertahan di posisi, menolak menjadi pembantu dan mengusut tuntas proses dan hasil pemilu yang janggal itu.
Negeri ini perlu perubahan ke arah KEJUJURAN yang sekarang terlihat pudar bahkan mau hilang dan banyak yang menganggapnya tidak apa-apa.

2009 Bapak sudah mencoba dengan Bu Mega yang sebetulnya saat itu saya sangat pesimis dan menyayangkannya sebab posisi Bu Mega saat itu bukan pujaan yang diharapkan rakyat, namun Bapak bersedia tapil menjadi calon wakilnya. Atau itu yang menjadi alasan Bapak langsung terima tawaran Pak Jokowi saat itu? jika itu alasannya, sangat aneh dan kasihan.

Setelah minimal 2 kali periode kegagalan menjadi nomer 1 dan 2 di negeri ini, sekarang Bapak masih berniat juga untukmaju kembali di kontestasi yang sama. Come on .... Pak....
Pengabdian pada negara kiranya tidak harus kelihatan ngoyo begitu harus duduk menjadi presiden atau wakilnya.
Banyak pahlawan Indonesia yang sampai sekarang kita menjunjung hormat pada pengambdian mereka dan tidak menjadi Presiden atau wakilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun