Mohon tunggu...
Iwan Indrawan
Iwan Indrawan Mohon Tunggu... Insinyur - Sebuah ikatan bathin untuk negeri

semua memiliki hak berpendapat

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Minyak dan Popularitas

18 November 2014   22:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:29 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Assalamuálaikum,

Semoga kita selalu dalam lindngan dan rahmat Allah SWT, aamiin.

Langsung saja, ini hanya personal opinion atas kondisi bangsa saya saat ini.

Telah menjadi trending topic sejak kemarin harga BBM di Indonesia "jadi" naik.  Bukan besarannya yang menjadi concern saya, mau 2rb kek 3rb kek, atu bahkan 10rb bukan itu yang saya soroti, mesikup sebenarnya dampak dari nilai tersebut yang akan dirasakan masyarakat.

Yang menjadi sorotan saya sih seperti title tulisan ini "Minyak dan popularitas", sebab kok saya melihat neheri kita kelihatan memiliki pengaruh atas konisi harga BBM atau minyak dengan popularitas seorang pemimpin. Sepertinya ini bukan opini pribadi saya saja sebab di negeri saya ini seorang pemimpin akan menjadi harapan masyarakat saat dia terlihat membela kepentingan mereka. Namun sebetulnya (jika ia benar) memang itulah yg harus ia bela sebab ia adalah pegawau rakyat untuk negara kita saat ini.

Namun apa boleh buat, kembali seorang pemimpin tersebut apa benar mewakili rakyat yang dia harus wakili atau hanya menjadi jalan saja agar mereka mau dia wakili sementara setelah tujuan itu tercapai dia dapat memodifikasinya. Dan bukan rahasia juga jika Presiden terpilih saat ini Pak Jokowi adalah seorng yang termasuk aktif mengumandangkan penolakan atas kenaikan BBM, namun apa boleh buat saat ini justru dia yang memodifikasinya dengan pengaihan ke kertu-kartu itu.

Kalo boleh jujur sih, kartu-kartu nya udah juga dikeluarin jaman sebelumnya, waktu pak SBY masih memimpin, jadi kenapa gak di check aja apa pelaksanaan yang dulu yang tidak tepatnya? kalo memang dikatakan subsidi BBM yang dulu tidak tepat. Bahkan BLT pun yng sekarang dengan kartu apa itu namanya sama saja, itu pun waktu Yusuf Kala menjadi wakilnya SBY. Jadi kenapa gak ada proses check and balance dari yang dulu ya....?

Terlepas tepat atau tidaknya subsidi, pola pelaksanaan kartu-kartu atau bantuan langsung ke rakyat adalah hal yang BERBAHAYA untuk jangka panjang. Bukan hanya harga yg akan naik seenaknya sebelum kenaikan BBM dan pembagian kartu-kartu itu, namun setelahnya pun rakyat jadi terbiasa diberi ikan, bukan kail.

Yang masih menjadi pertanyaan besar saya, mengapa tidak ada transparansi dari pemerintah mengenai BBM kita, berapa produksi kita bagaimana pembagiannya (mungkin terlalu rahasia) ya sudah lah berapa produksi dan berapa yang harus kita import, itu aja deh. Lalu dengan itu bisa dijelaskan berapa subsidi yang dipakai di Premium, berapa jumlahnya. Lalu akan dilarikan kemana subsidi itu, targetnya siapa, audit nya bagaimana? ini perlu agar rakyat kita yang katanya sudah semakin pintar jadi tahu juga tentang ini. Mereka kan yang kita gaji, rakyat yang mereka wakili.

Jangan dengan maksud mengambil hati rakyat saja kalo BBM gak erlu dinaikkan, atau malah menaikkan dengan dalih subsidi di alihkan untuk yg lebih tepat. Tolong tepat nya seperti apa? berapa besarannya? audit mekanisme nya seperti apa? apa sudah tepat sekarang? Bagaimana dengan dampak harga yang sudah naik sebelum kenaikkan itu sehingga (maaf) besaran bantuan pun sepertinya menjadi tidak sesuai lagi sebab harga acuannya sudah berubah.

Tolong Pak, berangkatlah dari hati yang paling dalam. Tugas kita adalah ibadah, maka jika membawa kepentingan kelompok saja nilai ibadahnya akan berubah.

Wassalam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun