Mohon tunggu...
Indrato Sumantoro
Indrato Sumantoro Mohon Tunggu... Insinyur - Pengamat Aspal Buton

Lulusan Teknik Kimia ITB tahun 1976 Pensiunan PT Chevron Pacific Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money

Quo Vadis Aspal Buton?

3 Oktober 2019   14:15 Diperbarui: 3 Oktober 2019   14:25 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mau kemana aspal Buton ? Ini adalah sebuah pertanyaan menggelitik untuk kita simak dan cermati bersama. Mengapa ? Karena banyak berita yang kita baca di Media mengenai aspal Buton, tetapi arah dan tujuan dari berita itu ditulis masih perlu dipertanyakan. Antara satu berita dengan berita yang lain tidak ada korelasi alur ceritanya. Berita itu seolah-olah berdiri sendiri-sendiri, dan tidak ada ujung pangkalnya. Kesan pertama yang diperoleh para pembaca adalah bahwa berita itu adalah hanya sekedar sebuah "berita" saja. Tetapi bukan sebuah informasi yang memiliki suatu misi tertentu. Berita itu berhenti sampai disitu saja. Dan meninggalkan sebuah pertanyaan : "Mau kemana aspal Buton ?", atau dalam bahasa latinnya : "Quo vadis aspal Buton ?"

Membaca berita-berita mengenai aspal Buton dapat kita kiaskan seumpama kita minum "pil pahit" yang harus kita langsung telan, tanpa kita dapat merasakan apakah ada rasa manisnya, asinnya, atau asamnya. Padahal apabila kita membaca sebuah judul berita mengenai aspal Buton, seharusnya kita sudah dapat langsung membayangkan bahwa ini adalah "makanan" yang menggugah selera. Hidangan yang bisa kita makan sampai puas, dan berulang kali karena nikmatnya. Tetapi nyatanya, "makanan" ini hambar, tanpa ada rasa. Tampaknya berita-berita mengenai aspal Buton itu sudah kehilangan maknanya.  Kecuali hanya sekedar untuk menjadi sebuah "pelipur lara" teman minum kopi di pagi hari.

Membaca judul berita mengenai aspal Buton seharusnya membuat kita bersemangat dan bergairah. Tetapi setelah membaca isi beritanya, alih-alih justru menjadi bingung dan muncul pertanyaan: "Mau kemana aspal Buton ?". Sangat disayangkan kalau nyatanya sampai sekarang pertanyaan ini masih belum juga terjawab tuntas. Dan seandainya saja ada orang bijak yang mau menjawab pertanyaan ini, maka jawabannya adalah :"Aspal Buton adalah sebuah misteri". Karena apa yang diberitakan di Media-media itu semuanya hanya berbentuk abstrak, dan sebatas wacana saja. Belum ada rencana konkret, yang dapat dijadikan bukti nyata bahwa aspal Buton sedang dalam proses melangkah menuju ke suatu arah yang jelas dan pasti.

Berita-berita mengenai aspal Buton kelihatannya hanya sekedar "angin surga" untuk membuat hati para pembaca merasa terhibur, senang, dan bangga bahwa pulau Buton memiliki deposit aspal alam yang terbesar di dunia. Tetapi setelah itu apa yang akan terjadi, siapa yang peduli ?, Jadi apa makna sebenarnya dari berita-berita itu, kalau saja akhirnya hanya untuk dipertanyakan kemana arah tujuan berita tersebut ditulis ? Orang ingin membaca berita seperti layaknya membaca sebuah Novel. 

Bagaimana awal ceritanya ? Bagaimana drama ceritanya ? Dan bagaimana akhir ceritanya ? Apakah ada "happy ending" atau "sad ending" ? Seharusnya begitulah berita-berita mengenai aspal Buton yang ingin kita baca dan ketahui dari Media. Bagaimana perkembangan informasi terbaru mengenai aspal Buton ? Bagaimana proses jalan cerita "drama" perkembangannya ? Dan bagaimana kelanjutan dari informasi-informasi yang sudah diberitakan sebelumnya ? Apakah ada "happy ending" atau "sad ending" ?

Dengan demikian akan ada alur ceritanya yang asyik untuk dicerna. Namun berita-berita mengenai aspal Buton yang kita baca selama ini di Media cenderung bernuansa "No drama", dan "No ending". Berita-berita mengenai aspal Buton terkesan datar dan hampa, karena tidak ada hal-hal aktual yang menantang nalar. Mungkin kesan seperti ini dirasakan karena penulis berita tersebut tidak paham aspal Buton mau kemana ?. Benarkah demikian ?

Aspal Buton adalah aspal alam yang terdapat di pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Depositnya melimpah untuk dapat diproduksi lebih dari ratusan tahun. Pertama kali aspal Buton ditemukan pada tahun 1924. Tetapi mirisnya, Pemerintah sampai saat ini masih terus mengimpor aspal minyak 1 juta ton per tahun. Dan yang membuat hati kita sedih dan kecewa adalah bahwa aspal Buton hanya sekedar dijadikan sebagai objek berita sebatas wacana dan janji saja. Belum kelihatan ada tanda-tanda realisasinya. Apa tindakan konkret dari pihak pemerintah maupun pihak swasta yang telah, dan akan dilaksanakan agar aspal Buton mampu melangkah menuju ke suatu arah yang lebih jelas dan pasti ? Quo vadis aspal Buton ?

Aspal Buton mempunyai potensi yang sangat besar untuk menggantikan aspal minyak impor 1 juta ton per tahun. Apakah ini realistis ? Mungkin topik-topik seperti inilah yang ingin diketahui oleh para pembaca dari berita-berita di Media. Langkah-langkah konkret apa yang sudah dilaksanakan dengan terkendali dan terukur selama ini, baik oleh pihak pemerintah, maupun oleh pihak swasta ? Dan langkah-langkah konkret apa lagi yang akan dilakukan ke depan agar tujuan yang diinginkan tersebut jaraknya akan semakin mendekat ?. Apakah sudah ada "Master Plan" atau rencana konkret yang akan dilakukan baik oleh pihak pemerintah maupun oleh pihak swasta ? Kalau sudah ada, sudah sampai dimana realisasinya ? 

Dan kalau belum ada, kapan akan dibuat, dan kapan akan selesainya ? Dan kemudian tolok ukur keberhasilan apa yang akan dijadikan acuan agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan jadwal waktu yang sudah ditentukan ?. Bagaimana strategi jangka pendek maupun strategi jangka panjang yang harus dilaksanakan untuk mencapai target ini tepat sasaran ? Bagaimana perkembangan terbaru mengenai aspal Buton full ekstraksi ? Bagaimana mengenai realisasi Kawasan Ekonomi Khusus Industri aspal Buton ? Dan bagaimana upaya pemerintah mengoptimalkan produksi aspal Buton untuk mengurangi ketergantungan impor ? Informasi-informasi seperti inilah yang ingin kita baca dan ketahui dari berita-berita di Media. 

Publik mempunyai hak untuk mendapatkan informasi, dan diberitahu mengenai sesuatu kebijakan yang akan menyangkut kesejahteraan dan nasib orang banyak. Seharusnya dalam membaca berita mengenai aspal Buton ada rasa gemas, gairah, dan panasaran yang saling bercampur menjadi satu. Ada perasaan tidak sabar menantikan kelanjutan dari berita-berita yang sudah dibaca sebelumnya. Dan ada perasaan greget yang membuat hati kita berdebar-debar. Ini bagaikan kita membaca sebuah drama dalam cerita Novel dimana ceritanya seolah-olah begitu nyata sehingga membuat emosi kita ikut hanyut seperti kita sendiri sedang berada di tengah peristiwa dimana cerita itu terjadi. Ini baru yang namanya berita mengenai aspal Buton.

Pada akhirnya para pembaca tulisan ini pun akan balik bertanya:"Mau kemana aspal Buton ?". Obsesi aspal Buton adalah mau menjadi "Tuan Rumah" di kampung halamannya sendiri. Tidak ada tempat yang paling indah di dunia ini selain di kampung halamannya sendiri. Di tanah tempat kelahiran, dan di tanah tempat akhir menutup mata. Sejatinya tentu saja di kampung halamannya sendiri aspal Buton harus menjadi "Tuan Rumah". Dan bukan hanya sekedar menjadi objek berita yang masih berupa wacana dan janji belaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun