Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh. Taukah anda antara adat istiadat desa dengan islam ?. Adat istiadat samakah dengan bid'ah ?. Selamatan apakah bid'ah ?. Haramkah islam.melakukan selamatan ?. Mungkin masih banyak lagi pertanyaan bagi kaum awam yang tidak begitu kental agamanya terhadap islam. Selama ini yang kita tahu disekitar kita bahwasanya ada sebuah adat istiadat, setiap ada orang meninggal ada yang melakukan selamatan 3 hari meningalnya, 7 hari, 4 hari, 100 hari, hingga 1000 hari meninggalnya. Itulah salah satu contoh dari budaya yang mengental diantara kita. Apakah anda tahu sesungguhnya hukum dari hal tersebut ?. Yang pertama yang harus kita tanyakan adalah, apakah anda tahu antara adat istiadat atau budaya lingkungan dengan islam ?.
Apakah ada ajaran dari Rasulullah tentang selamatan ?. Secara teori keduanya sangatlah berbeda, adat istiadat ataupun budaya adalah suatu kebiasaan yang kita lakukan secara turun temurun hal tersebut sudah diajarkan dan ditinggalkan oleh nenek moyang kita.Hubungan Islam dan Budaya, sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk berbudaya merupakan dinamik ilahi. Adat istiadat ataupun budaya ialah sesuatu yang keseluruhanya karya sadar insani yang berupa ilmu, tata hukum, tatanegara, kesenian, dan filsafat tak lain daripada proses realisasidiri dari roh ilahi.
Sedangkan islam adalah ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW yang disebarluaskan melalui dakwahnya, serta kitabnya Qalam Al-Qur'an serta hadist Rasul. Tidaklah mudah bagi kita untuk membedakan antara kebiasaan dengan ajaran islam yang sesungguhnya. Sebagian muslim di Indonesia masih saja melakukan kegiatan pemberian sesajen yang dipercaya akan membawa keberuntungan didalamnya. Berhubungan dengan adat istiadat disekitar kita, disini saya akan membahas salah satu contoh adat istiadat yang ada di daerah saya. Desa Kutorenon, sebuah desa yang terletak di barat daya kota pisang Lumajang.
Sebuah desa yang mungkin tidak begitu luas, berada di Kecamatan Sukodono. Desa yang subur, persawahan terbentang luas nan hijau, desa dengan hasil panen yang melimpah setiap tahunnya. Warga desa Biting hidup damai berdampingan satu sama lain, mayoritas penduduknya beragama muslim. Akan tetapi dibalik semua keindahan desa tersebut, ada sebuah kebiasaan yang dilakukan warga desa Biting yang sedikit menyimpang dari Islam. Yakni tradiai Wiwit sawah, wiwit sawah adalah sebuah persembahan yang dilakukan warga desa menjelang panen padi.
Hal-hal yang harus dipersiapkan untuk melakukan wiwit sawah adalah memasak beberapa makanan untuk dibawa ke sawah. Biasanya warga desa membawa beberapa bakul nasi beserta lauknya, kembang yang dimasukkan dalam takir (semacam daun pisang yang dibentuk kotak dan disatukan oleh lidi yang dipotong kecil). Setelah masakan sudah siap beberapa petani, biasanya 2 sampai 3 orang petani membawanya ke sawah yang akan panen. Kemudian beberapa lantunan do'a dan tak jarang pula mantra-mantra dipanjatkan terhadap sesepuh nenek moyang agar saat panen tiba,
para petani tidak mengalami kesulitan dalam hal apapun dan Wiwit ini juga menghindarkan beberapa bahaya yang tidak dapat diprediksi saat melakukan panen. Wiwit ini dipercaya oleh warga desa dapat mempermudah segala proses panen dan memperoleh hasil panen yang melimpah. Sesungguhnya hal tersebut tidak terlalu buruk, karena masakan yang sudah dido'akan itu biasanya dibagikan kepada tetangga sekitar sawah. Yang membuat hal tersebut buruk, bahwa keyakinan mereka goyah terhadap Allah SWT yang selalu melimpahkan rezeki terhadap umatnya. Memang selama ini hasil panen desa Biting,
tidak pernah sedikit selalu melimpah. Itu semua karena kerja keras para petani dan atas izin Allah SWT. Bertahun-tahun yang lalu hingga kini kebiasaan wiwit desa ini terus berlanjut, agar kesejahteraan desa tetap terjaga. Tak sedikit petani yang bisa melakukan wiwit desa ini. Wiwit desa yang mereka percaya akan selalu membawa keberuntungan disetiap panen para petani.
Faktanya memang segala sesuatu tersebut memang sesuai kehendak Allah SWT kita sebagai manusia hanya melakukan sebaik baiknya pekerjaan dunia akan tetapi tidak lupa dengan kehidupan akhirat kita nanti. Wiwit desa ini memang selama ini selalu menjawab setiap panen para petani, hasilnya memang luar biasa. Panen petani tak pernah sedikt hasilnya, selalu berlimpah. Akan tetapi syirik kah kita sebagai orang islam yang mempercayai adanya kebiasaan yang tidak dilakukan oleh Rasulullah ?.
Firman Allah SAW :
وَجَعَلُواْ لِلّهِ مِمِّا ذَرَأَ مِنَ الْحَرْثِ وَالأَنْعَامِ نَصِيبًا فَقَالُواْ هَـذَا لِلّهِ بِزَعْمِهِمْ وَهَـذَا لِشُرَكَآئِنَا فَمَا كَانَ لِشُرَكَآئِهِمْ فَلاَ يَصِلُ إِلَى اللّهِ وَمَا كَانَ لِلّهِ فَهُوَ يَصِلُ إِلَى شُرَكَآئِهِمْ سَاء مَا يَحْكُمُونَ
Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bagian dari tanaman dan ternak yang telah diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai dengan persangkaan mereka: "Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala kami". Maka saji-sajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajian yang diperuntukkan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada berhala-berhala mereka [508]. Amat buruklah ketetapan mereka itu. ( QS.Al An’am : 136 ) )