Barangkali engkau belum sadar nona
Dari kepingan jarak tempatmu bernyanyi
Pernah ku curi tawa paling bernada milikmu
Yang kala itu temaram berpayung rembulan
Bulan melengkung tersenyum
Pada rindu-rindu yang baru
Yang menanti malam minggu
Untuk segera bertemu
Empat tahun telah mencapai hilir
Terlewati oleh aku meski tanpa engkau dan temu
Semusim mengawal waktu mengalir
Namun hanya engkau yang di bakar rindu
Kita memang punya keinginan
Tetapi keadaan punya kenyataan
Kita adalah pemeran tanpa skenario
Sang Sutradara selalu memberikan kejutan di setiap episode
Begitulah takdir yang di dramakan
Kenangkanlah gumam pertama pertemuan tidak terduga
Di suatu kota, di suatu hari kemarau
Di keasingan rindu, di suatu perjalanan biru
Kenangkanlah bisikan pertama
Risau pertarungan kembara
Rahasia perjanjian sunyi
Kenangkanlah percakapan pertama
Gugusan waktu, nafas dan peristiwa, mungkin hanya angin, daun dan debu
Pesona terakhir nyanyian sajakku
Sajakku tidak pernah menuliskan tentang kepergian
Ia hanya di utus untuk menghapus fana
Tentang bualan dan kehilangan
Di hadapan cinta, kamu selamanya
Aku menulis waktu yang kelewat Jahannam di tubuhku
Detak-detiknya menyiratkan sekian kenangan
Yang ingin di do'akan
Aku menulis kamu yang kelewat rindu di jiwaku
Detak nafasmu menyiratkan sekian jarak
Yang ingin di pertemukan
Untukmu yang setiap malam membuka selimut
Curhat kepada Tuhan-Mu dengan bersujud
Berwudhu dan shalat tahajud
Semoga pertemuan kita terwujud