Udara malam ini dingin sekali, andai peluk kukirim dari sini
Ia akan tiba menggigil di pintumu
Sudah saatnya engkau memejamkan mata
Sedang aku yang berjaga, mengawasi dunia dari pelupuk mata
Malam telah memastikan langkah kita terhenti sejenak
Di dalam kesunyian, jiwa merindukan keindahan surga keabadian
Di dalam cahaya-Mu aku mencintai
Di dalam keindahan-Mu aku menulis puisi
Di dalam pemberian-Mu aku bersyukur
Di bawah malam, kukirimkan pesan
Berupa rayuan kepada pujaan
Kali ini kusematkan sungai di katanya
Agar mengalir rasa ini menuju muara-Nya
Sudahkah engkau terima ?
Baca nyawaku di dalamnya
Kata-kata rahasia paling biru, yang kuwarnai menjadi jingga
Untukmu yang pandai membawa cerita
Di batang pohon mangga, meja-meja sekolah
Halaman buku pelajaran, langit malam dan bagian rasi bintang
Namamu ada di mana-mana
Ketika orang-orang menampilkan senyuman
Ceruk manis di pipi kananmu dan sebuah titik hitam di dahi kiri
Semesta memang seperti ini
Meneduhkan hati untuk jiwa-jiwa yang hidup
Ia tumbuh tanpa bantuan keindahan yang nampak
Bukan kondisi dan tampilan
Bukan karena memiliki alasan
Tetapi karena hasrat dan getaran
Berkisah pada jarak yang menjadi semu tanpa temu
menanti waktu, aku dan kamu mengucap rindu
Mungkin jarak kita memang sejauh antartika
Namun yang membuat dekat adalah cinta antarkita
Aku tidak menghalangimu di cintai oleh siapapun
Aku tidak marah jika mereka takjub dengan keindahanmu
Aku tidak menghalangi mereka yang ingin memilikimu
Tapi aku tidak ingin siapapun melukaimu
Juga aku tidak ingin ada yang menginginkan dirimu
Di miliki seperti aku menginginkanmu