Kemerdekaan negeri dan bangsaku sangatlah berharga dan sungguh bermakna. Direbut dan diraih dengan terentang lama, melalui anak-anak negeri yang berharap nusantara ini merdeka. Kemerdekaan negeriku diwariskan dari jutaan harapan, pengorbanan, rintihan, air mata dan rentetan doa pendahuluku yang amat banyak tak mencicipinya kini. Akankah diri ini bersyukur atas kemerdekaan yang kunikmati tanpa sedikitpun mengisinya dengan hal-hal yang sarat makna? Negeriku, Bangsaku, telah terlahir kini Negaraku, 65 tahun yang silam. Indonesiaku Negaraku, masih memerlukan dan menerima peluh ikhtiar anak bangsa untuk membangun dan mewujudkan cita-cita bangsa dan tujuan negara ini ada.
65 tahun terlewati, inilah tampilan Negaraku terkini. Bagai roda berputar, kadang memutar meninggi, kadang merosot menuruni masa. Negaraku masih membuka tangan dan menerima antrian peluh-peluh kerja. Agar karunia yang kini kita terima takkan terlepas lagi sebab kita telah lalai atasnya. Mungkin torehan ujung “pena” ini bisa kau anggap peluh kecil anak negeri. Dirgahayu Indonesiaku.
Kau, Anak Negeri…
Bangkit dan beri peringatan
Hempas dan campakkan kecemasan
Buang dan lempar kemalasan
Kubur dan hancurkan kepalsuan
Saatnya kau tengadah kini hadapi badai kehidupan kemerdekaan,
hari diharu huru-hara, diburu bara-bara biru, dideru debu-debu, dijarah penjajah
Tetap berdiri...
Karena engkau bukan tiang keropos,