Mohon tunggu...
Indra  Setiawan
Indra Setiawan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Munajat

8 September 2018   20:14 Diperbarui: 8 September 2018   20:41 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi foto: iStock

Ya Rabbi kutulis surat ini karena surat-suratMu telah sampai kepadaku, karena kalimat demi kalimat yang Kau cipta telah menyentuh nuraniku. Betapa banyak kemesraan dalam suratMu yang menawarkan kegersanganku.

Wahai yang maha rahman, betapa aku malu, saat kau menyapaku seringkali aku menghindar. Ketika kau pandangi aku, menjauhlah diriku. Bahkan surat-surat yang kau kirim hanya terbengkalai di beranda rumahku, bercampur dengan koran-koran, tertumpuk dalam kerumitan, menjadi sia-sia dan berdebu.

Duhai yang maha rahim, maka kini kubalas suratMu sebagai pertanda keinginanku untuk lebih dekat denganMu. Ampunkan hamba wahai yang maha mengeringkan kegetiran, jika tiap kata dan kalimat yang kususun tidak menggunakan bahasa yang agung seperti bahasaMu. Ampunilah bila isi surat ini melulu hanya permohonan dan pengaduan.

Kepada siapa lagi aku memohon dan mengadu jika bukan kepada Engkau?

Kutulis dalam kertas yang meranggas ini agar aku semakin akrab denganMu. Bahwa aku ingin engkau hadir dalam hingar-bingar pikiranku, dalam sunyi senyap kehampaaanku, dalam letupan kepedihanku, dalam hari demi hari yang menghimpit kesadaranku, dalam tiap luka yang menganga, di batinku..

Aku ingin engkau memenuhiku dengan cintaMu.

Ya Allah, Tuhan yang menghibur hamba-hambaNya yang kesepian, bacalah surat ini Ya Rabb meski betapa mudah bagiMu untuk membaca kebodohanku dan teramat naif bagiku untuk mampu membacaMu. Bacalah suratku ini Ya Rabb.

Wahai yang meniupkan ketentraman di tiap ruh yang beriman, Yang menaburkan kebahagiaan seluas ketakberhinggaan kebahagiaan, Suratku ini surat yang tak berpadanan. Tak sepuitik suratnya Rumi, tak seheroik Gibran, tak setulus Rabiah bahkan tak secuilpun sanggup menyaingi getaran surat-surat Emha.

Hanya larik-larik tangis Ya Allah, hanya bait-bait rindu Ya Rabbana, Engkaulah Yang maha memaknainya. Aku sekadar berwudhu di telaga ilmu.

Wahai Dzat yang menerbitkan dan menenggelamkan, kutitipkan suratku ini kepada angin, air, udara, kepada langit dan bumi, kepada laut dan pegunungan, kepada bintang-bintang yang tawadhu, kepada hamba-hambaMu yang soleh, kepada mereka yang mesra denganMu.

Akankah kerinduanku menggetarkan ArasyMu....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun